Cerita Guru Belajar

Abdul Mujib di puncak Temu Pendidik Nusantara X

Kepsek Asal HST Senang Dapat Solusi Pendidikan di TPN X

Cerita Guru Belajar menggelar puncak Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno, pada Sabtu (21/10). Sebelumnya, rangkaian TPN X telah dimulai sejak akhir Mei lalu, kemudian digelar di 50 daerah pada Agustus-September, dan daring untuk 100 lebih daerah di awal Oktober. TPN X merupakan forum tahunan kesepuluh yang memfasilitasi unjuk karya penggerak perubahan pendidikan melalui tantangan praktik baik, pameran karya, dan apresiasi.  Forum ini diikuti oleh lebih dari 16.000 pendidik dari berbagai daerah dan 2500 diantaranya hadir di puncak. Abdul Mujib, salah seorang peserta asal Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, menempuh beberapa jam perjalanan demi hadir di puncak TPN X. Dia bersyukur bisa hadir karena mendapat suntikan energi dan inspirasi dari pendidik lainnya. “TPN itu event miliknya guru-guru. Di sini kita merayakan belajar kita. Bisa bertemu dengan teman-teman, ngobrol, rasanya luar biasa,” kata Mujib yang saat ini menjabat sebagai kepala SMP Negeri 24 Hulu Sungai Tengah itu. Mujib mengaku, dia sempat berbincang dengan guru asal Pesisir Selatan, Tuban, Mojokerto, Kupang, dan Medan. Dari obrolan tersebut, dia mendapat ide kolaborasi pendidikan yang harus dia inisiasi ketika kembali di HST. Dapat Penghargaan Sebagai Kepala Sekolah yang Berdampak di Daerah Dia juga senang karena di puncak TPN X, dia mendapat penghargaan sebagai kepala sekolah yang berdampak untuk ekosistem pendidikan di daerah asalnya. Mujib mengaku, apresiasi seperti itu baru pertama kali dia dapatkan, meskipun sudah lama mengabdi sebagai pendidik selama 14 tahun. “Iya ini pertama kali. Ternyata, apa yang saya lakukan ada juga ya yang melihat. Tentu itu bukan tujuan saya melakukan perubahan, tapi saya senang ketika ada orang lain yang melihatnya. Bahkan bapak bupati mengucapkan selamat,” cerita Mujib. Mujib mendapatkan penghargaan tersebut karena telah berhasil melakukan beragam upaya agar anak-anak setempat mau melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Dia juga pernah menjadi penghubung informasi ke media massa ketika HST tersebut terkepung banjir sehingga bantuan datang ke daerah terisolir itu. Dia mengatakan, sudah menyiapkan oleh-oleh spesial untuk guru penggerak di komunitas belajarnya, Komunitas Guru Belajar Nusantara Hulu Sungai Tengah. Oleh-oleh itu berupa inspirasi pameran karya murid yang baru dia dapatkan ketika menghadiri puncak TPN X. “Saya kagum dengan pameran karya murid yang tidak harus mewah, yang terpenting bermakna. Pameran sederhana itu bisa menjawab keresahan guru-guru di HST yang seringkali terjebak pemikiran, miskonsepsi, bahwa pameran karya harus terlihat mahal,” ungkap Mujib. Di puncak TPN X, ada 33 karya murid yang dipamerkan. Setiap murid siap memberikan penjelasan mengenai karyanya ketika ada pengunjung yang mampir. Karya berupa solusi atas permasalahan yang mereka temukan di sekitar. Tahun depan, rencananya CGB akan mulai menggelar rangkaian Temu Pendidik Nusantara XI bulan Februari. Tema yang diangkat adalah “Pemimpin Pendidikan yang Berdaya”.   (YMH)

Kepsek Asal HST Senang Dapat Solusi Pendidikan di TPN X Read More »

Rusma Yul Anwar

Rusma Yul Anwar: Bupati yang Dulunya Seorang Guru

Enam kepala daerah mendapatkan “Dewi Sartika Awards” dari Yayasan Guru Belajar (YGB). Mereka mendapat penghargaan karena mendukung pergerakan guru di daerahnya untuk membentuk ekosistem yang merdeka belajar. Penghargaan ini diberikan saat perhelatan puncak Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno, pada Sabtu (21/10). Enam bupati tersebut yakni H. Syah Afandin (Langkat), Rusma Yul Anwar (Pesisir Selatan), Ilham Syah Azikin (Bantaeng, 2018-2023), Paolus Hadi (Sanggau), Heru Budi (DKI Jakarta), dan Edimin (Labuhanbatu Selatan). “Ini sebuah pengakuan  pada individu, organisasi, dan pemerintah daerah, yang telah berkontribusi dalam perubahan pendidikan merdeka belajar,” kata Bukik Setiawan, ketua YGB. Selain Dewi Sartika Awards, diberikan pula “Ki Hajar Dewantara Awards” untuk guru merdeka belajar, “Rohana Kudu Awards” untuk guru yang berkarya dan berkarier protean, “dan “Mohammad Syafei Awards” untuk organisasi profesi yang aktif berkolaborasi untuk mewujudkan ekosistem merdeka belajar. “Guru terlalu banyak beban, terlalu sedikit penghargaan. Melalui apresiasi ini, kami berharap bisa penguat untuk guru untuk terus melanjutkan perjuangan. Perubahan pembelajaran yang melampaui ruang kelas,” jelas Bukik. Bukik berharap, apresiasi menjadi standar yang bisa menjadi teladan dalam dunia pendidikan. Apresiasi bukanlah reward, melainkan pengakuan dan penguatan untuk mereka yang telah bekerja keras mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada anak Rusma Yul Anwar Beri Apresiasi Pendidik di Pesisir Selatan Rusma Yul Anwar, bupati Pesisir Selatan, hadir secara langsung di puncak TPN X untuk menerima penghargaan tersebut. Pada kesempatan itu, dia menegaskan, pemimpin daerah memang seharusnya mendukung guru untuk terus belajar. “Saya berterima kasih dan mengapresiasi sebesar-besarnya pada guru-guru di Pesisir Selatan, yang tanpa kami suruh, tanpa kami minta, memiliki inisiatif untuk terus belajar agar kompetensinya meningkat, agar pendidikan di Pesisir Selatan terus membaik,” kata Rusma. Selain hadir untuk menerima penghargaan, kehadiran Rusma juga untuk mendampingi 39 guru dari daerahnya tersebut yang belajar di puncak TPN X. Di acara ini, ada empat tim dari Pesisir Selatan yang mengikuti Cerdas Cermat Guru (CCG) level nusantar. CCG merupakan sebuah upaya dari YGB untuk meningkatkan kompetensi guru melalui cara yang seru. Sebelum menjadi kepala daerah di salah satu kabupaten di Sumatera Selatan itu, Rusma memiliki pengalaman panjang di dunia pendidikan. Dia pernah mengajar di Payakumbuh dan menjadi kepala sekolah di Painan. Dia mengungkapkan, pengalaman tersebut sangat berharga karena membuatnya memahami betapa pentingnya peran guru. Namun, guru juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak, termasuk pemerintah daerah. “Semangat belajar 39 guru ini perlu mendapat apresiasi. Mereka melakukan perjalanan darat ke Jakarta. Guru yang bergerak ini sangat mendukung perubahan pendidikan di Pesisir Selatan,” pungkas Rusma. (YMH)

Rusma Yul Anwar: Bupati yang Dulunya Seorang Guru Read More »

Iwan Syahril di Temu Pendidik Nusantara X

Iwan Syahril: 3 Hal yang Harus Dimiliki Guru Abad ke-21

Cerita Guru Belajar menggelar talkshow bertajuk “Guru Masa Kini untuk Murid Abad 21”. Talkshow ini masuk dalam rangkaian puncak Temu Pendidik Nusantara X yang diadakan pada Sabtu (21/10) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno. Pada kesempatan tersebut hadir Iwan Syahril, Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, sebagai narasumber. Menurut Iwan, ada tiga hal yang harus tercermin oleh guru di abad ke-21. Pertama, memiliki filosofi yang berpihak pada murid. Indikatornya adalah mereka menjadi guru memang karena keinginan hati untuk melayani murid. “Menjadi guru untuk menjadi guru. Kadang tercampur, jadi guru untuk jadi pekerjaan atau sekadar status . Apa yang kemudian sering terjadi? Ketika, oh, saya sudah dapat status ini, sudah, perfomanya mentok,” jelas Iwan. “Tapi ketika guru menjadi guru, ada keinginan untuk terus mau meningkatkan kompetensi. DI abad manapun, guru seperti ini yang kita butuhkan,” lanjutnya. Kedua, guru untuk murid abad ke-21 dan masa depan perlu memiliki pikiran terbuka dan terus belajar. Lalu yang ketiga, menjadi guru problem solver. Guru problem solver tidak terus fokus pada masalahnya, melainkan berusaha mencari penyelesaiannya. “Filosofinya, tak ada rotan, akar pun jadi. Dia akan lihat, ada apa di sekitarnya dan memanfaatkannya untuk memberikan pembelajaran terbaik untuk murid-muridnya,” terang Iwan. Iwan menjelaskan, Kurikulum Merdeka dan berbagai kebijakan di dalamnya merupakan upaya pemerintah membentuk ekosistem pendidikan yang guru masa kini butuhkan. Kurikulum Merdeka memberikan kepercayaan pada guru untuk bisa berinovasi, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan oleh murid yang beragam setiap daerahnya. Paragon Mendukung Lahirnya Guru Abad ke-21 Suci Hendrina, Head of CSR PT Paragon Technology and Innovation, turut hadir menjadi narasumber talkshow. Dia mengatakan, selain pemerintah, pihak korporasi pun perlu memberikan dukungan pada guru. “Peran korporasi membersamai guru-guru untuk grow bareng. Kami di Paragon membersamai melalui Wardah Inspiring Teacher. Itu adalah wadah  untuk kita sama-sama punya tempat belajar bareng,” terang Suci. Suci pun menyepakati jika murid membutuhkan guru yang bisa memahami kebutuhan muridnya. “Kalau di korporasi namanya consumer centric, kalau di Bapak/Ibu guru konsumennya adalah murid, pihak yang sangat butuh dipahami,” tutur Suci. Selain itu, menurutnya murid juga butuh guru yang memiliki kerendahan hati untuk terus belajar. Dia berharap, forum seperti Temu Pendidik Nusantara bisa terus menginspirasi guru untuk bisa menjadi pelajar sepanjang hayat. Tidak hanya Iwan dan Suci, talkshow tersebut juga menghadirkan Emma Sri Martini, direktur keuangan PT Pertamina dan Tuty Marmiaty, guru penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara Langkat. (YMH)

Iwan Syahril: 3 Hal yang Harus Dimiliki Guru Abad ke-21 Read More »

Cerdas Cermat Guru

Debat Guru se-Nusantara: Pilihan Ganda Dihapuskan Bukan Solusi

Tim SMP Prawira Lembang mendapatkan penghargaan “Panutan Gold” dalam gelaran Cerdas Cermat Guru (CCG) yang diadakan di puncak Temu Pendidik Nusantara X pada Sabtu (21/10) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno. Anggota tim tersebut yakni Figur Ryanto, Ade Putra, Ade Fajar Firdaus, dan Ghea Rizki. CCG merupakan asesmen formatif untuk guru dan calon guru berdasarkan Permendikbud 2626 tahun 2023 mengenai model kompetensi guru. Pada babak semifinal dan final, CCG diadakan dengan format debat. “CCG keren banget. Kita belajar untuk memahami kompetensi diri sebagai guru tapi dengan cara yang fun, seperti games, yang membuat kita semangat, full of energy, sepanjang mengikuti tahapannya,” kata Ade Fajar. Mosi debat pada babak final mengenai penghapusan pilihan ganda dari segala bentuk asesmen murid. Tim SMP Prawira Lembang menjadi tim kontra. Ade Farjar dan timnya berargumen bahwa penghapusan asesmen tertentu berarti membatasi opsi asesmen. “Tinggal bagaimana kita merancang soal, apakah hanya agar murid hanya bisa menghafal atau memahami konsepnya. Jika kita membatasi pilihan bentuk jenis asesmen, maka kita jadi tidak menemukan bentuk asesmen yang paling sesuai dengan konteks yang dihadapi,” kata Ade Fajar saat berdebat. SMP Prawira: Pernah Kekurangan Murid SMP Prawira Lembang pernah mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun. Hal tersebut salah satunya karena kurangnya kesadaran orang tua murid akan pendidikan. Ada juga murid yang berhenti sekolah karena ingin menikah muda. “Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orang tua merasa tidak membutuhkan sekolah. Pendaftar sedikit. Yang sudah jadi murid banyak yang sering bolos. Di tengah jalan banyak murid mengundurkan diri dan orang tua meminta mereka menikah muda,” cerita Ade “Ditambah perjalanan dari rumah ke sekolah cukup menantang. Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak, melewati hutan bambu. Perjalanan hampir satu jam,” lanjutnya menjelaskan mengenai sekolah yang terletak di Lembang itu. Tingkat turnover guru di SMP Prawira Lembang saat itu juga sangat tinggi. Banyak guru yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Sehingga pembelajaran seringkali hanya dengan pemberian tugas. Di tengah kesulitan itu, SMP Prawira Lembang mendapatkan dukungan berupa pendampingan dari Kampus Pemimpin Merdeka. Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian dibantu agar bisa efektif dan efisien. Guru mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik. Untuk permasalahan eksternal, SMP Prawira didampingi oleh yayasan dan KPM mengadakan sesi-sesi parenting. Sesi tersebut mendorong kesadaran orangtua murid mengenai pentingnya belajar dan sekolah. “Perkembangan SMP Prawira Lembang mulai terlihat saat angka murid yang mendaftar masuk meningkat. Guru-gurunya pun mulai menerapkan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna, orang tua mulai terlibat dalam pembelajaran anaknya” kata Ade Fajar. “Saya bersyukur, SMP Prawira bisa sampai di titik ini. SMP di kabupaten juga bisa menjadi panutan se-nusantara. Terima kasih TPN X, sangat luar biasa. Menjadi momentum pembelajaran yang sangat bermakna” pungkasnya. Cerdas Cermat Guru (CCG): Asesmen untuk Guru Tahu Level Kompetensinya CCG merupakan asemen untuk guru agar mengetahui level kompetensinya sesuai dengan Permendikbud 2626 tahun 2023. Asesmen ini mengukur kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Tiap peserta akan mendapat piagam yang berisi informasi level pada tiap kompetensi. Piagam tersebut lengkap dengan umpan balik, rekomendasi pelatihan apa saja yang peserta butuhkan. Hal ini mendorong guru untuk mengambil pelatihan yang sesuai kebutuhannya. (YMH)

Debat Guru se-Nusantara: Pilihan Ganda Dihapuskan Bukan Solusi Read More »

Perdirjen GTK No. 2626 Tahun 2023 Model Kompetensi Guru

Debat Guru Pertama di Indonesia Digelar di Gelora Bung Karno

Cerita Guru Belajar menggelar puncak Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno, pada Sabtu (21/10). Sebelumnya, rangkaian TPN X telah dimulai sejak akhir Mei lalu, kemudian digelar di 50 daerah pada Agustus-September, dan daring untuk 100 lebih daerah di awal Oktober. TPN X merupakan forum tahunan kesepuluh yang memfasilitasi unjuk karya penggerak perubahan pendidikan melalui tantangan praktik baik, pameran karya, dan apresiasi. Tantangan praktik baik tahun ini dilakukan melalui Cerdas Cermat Guru (CCG). “CCG bukan kompetisi, melainkan asesmen kompetensi guru, asesmen formatif, asesmen yang menekankan umpan balik. Kemarin ada 1015 tim yang ikut di level daerah,” kata Nur Kholis Makki, ketua Cerita Guru Belajar. “Harapannya ini mendorong semangat guru untuk terus meningkatkan kompetensinya karena ada kok cara belajar yang seru,” lanjutnya. Baca juga: Kepsek Asal HST Senang Dapat Solusi Pendidikan di TPN X Di level daerah, setiap tim yang terdiri dari 4-6 guru atau calon guru mengerjakan soal dengan format situational judgment test. Soal dibuat berdasarkan Perdirjen GTK Kemendikbudristek 2626  tahun 2023 tentang model kompetensi guru. Selanjutnya, CCG level nusantara dilaksanakan di puncak TPN X diikuti oleh 81 tim yang telah lolos dari level daerah. Mulai babak semifinal, CCG diadakan dengan format debat. “CCG tidak mencari pemenang, tapi mencari ide baru, segar, dan beragam sebagai solusi pendidikan,” kata Makki. Setiap tim mendapatkan piagam sesuai dengan tingkat kompetensinya. Selain itu ada umpan balik agar peserta tahu di mana kompetensi yang belum dan sudah mereka kuasai. Untuk kompetensi yang kurang mereka kuasai, mereka akan mendapat rekomendasi pelatihan yang sesuai. Peserta CCG Asal Sinjai: Tidak Seperti Kompetensi karena Mendorong Diskusi Nurhayati, guru SMA Negeri 3 Sinjai yang jadi peserta CCG,  mengungkapkan rasa syukurnya mengikuti kegiatan tersebut. “Ketika mengikuti CCG, saya justru bersyukur ketika menemukan kesalahan. Jadi saya masih punya ruang untuk belajar, ternyata titik lemah saya di bagian ini atau bagian itu. Dan yang seru saat berdebat dengan anggota satu tim untuk menentukan jawaban mana yang benar karena di situ kami jadi berdiskusi,” katanya. Baca juga: Rusma Yul Anwar: Bupati yang Dulunya Seorang Guru Nurhayati berharap akan ada CCG lagi di Temu Pendidik Nusantara tahun depan. Pasalnya, belajar di CCG rasanya berbeda dan menyenangkan. Soal CCG sesuai dengan masalah sehari-hari yang dia hadapi di sekolah. “Saya belum pernah ikut event guru seseru CCG. Di awal, saya pikir ini kompetisi tapi ternyata sesi belajar dan berefleksi, jadi tahu mana hal-hal yang kurang tepat yang kami lakukan sebagai guru,” tutup Nurhayati. Selain CCG, di puncak TPN X ada dua talkshow, pameran karya murid yang bisa jadi inspirasi projek profil, penampilan musik oleh Chiki Fawzi, penampilan seni dari murid, dan awarding untuk pendidik yang telah berhasil menerapkan prinsip merdeka belajar di ekosistemnya. Total ada 2500 pendidik dari berbagai daerah yang hadir di puncak TPN X. (YMH)

Debat Guru Pertama di Indonesia Digelar di Gelora Bung Karno Read More »