Debat Guru se-Nusantara: Pilihan Ganda Dihapuskan Bukan Solusi

Cerdas Cermat Guru
Tim SMP Prawira (dari kiri) Ade Fajar Firdaus, Ade Putra, Figur Ryanto menerima Panutan Gold Cerdas Cermat Guru, debat sekaligus asesmen untuk guru.

Tim SMP Prawira Lembang mendapatkan penghargaan “Panutan Gold” dalam gelaran Cerdas Cermat Guru (CCG) yang diadakan di puncak Temu Pendidik Nusantara X pada Sabtu (21/10) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno. Anggota tim tersebut yakni Figur Ryanto, Ade Putra, Ade Fajar Firdaus, dan Ghea Rizki.

CCG merupakan asesmen formatif untuk guru dan calon guru berdasarkan Permendikbud 2626 tahun 2023 mengenai model kompetensi guru. Pada babak semifinal dan final, CCG diadakan dengan format debat.

“CCG keren banget. Kita belajar untuk memahami kompetensi diri sebagai guru tapi dengan cara yang fun, seperti games, yang membuat kita semangat, full of energy, sepanjang mengikuti tahapannya,” kata Ade Fajar.

Mosi debat pada babak final mengenai penghapusan pilihan ganda dari segala bentuk asesmen murid. Tim SMP Prawira Lembang menjadi tim kontra. Ade Farjar dan timnya berargumen bahwa penghapusan asesmen tertentu berarti membatasi opsi asesmen.

“Tinggal bagaimana kita merancang soal, apakah hanya agar murid hanya bisa menghafal atau memahami konsepnya. Jika kita membatasi pilihan bentuk jenis asesmen, maka kita jadi tidak menemukan bentuk asesmen yang paling sesuai dengan konteks yang dihadapi,” kata Ade Fajar saat berdebat.

Uji kompetensi guru

SMP Prawira: Pernah Kekurangan Murid

SMP Prawira Lembang pernah mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun. Hal tersebut salah satunya karena kurangnya kesadaran orang tua murid akan pendidikan. Ada juga murid yang berhenti sekolah karena ingin menikah muda.

“Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orang tua merasa tidak membutuhkan sekolah. Pendaftar sedikit. Yang sudah jadi murid banyak yang sering bolos. Di tengah jalan banyak murid mengundurkan diri dan orang tua meminta mereka menikah muda,” cerita Ade

“Ditambah perjalanan dari rumah ke sekolah cukup menantang. Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak, melewati hutan bambu. Perjalanan hampir satu jam,” lanjutnya menjelaskan mengenai sekolah yang terletak di Lembang itu.

Tingkat turnover guru di SMP Prawira Lembang saat itu juga sangat tinggi. Banyak guru yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Sehingga pembelajaran seringkali hanya dengan pemberian tugas.

Di tengah kesulitan itu, SMP Prawira Lembang mendapatkan dukungan berupa pendampingan dari Kampus Pemimpin Merdeka. Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian dibantu agar bisa efektif dan efisien. Guru mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik.

Untuk permasalahan eksternal, SMP Prawira didampingi oleh yayasan dan KPM mengadakan sesi-sesi parenting. Sesi tersebut mendorong kesadaran orangtua murid mengenai pentingnya belajar dan sekolah.

contoh sekolah yang memberdayakan konteks
Murid SMP Prawira Lembang memanfaatkan kebun di sekitar sekolah

“Perkembangan SMP Prawira Lembang mulai terlihat saat angka murid yang mendaftar masuk meningkat. Guru-gurunya pun mulai menerapkan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna, orang tua mulai terlibat dalam pembelajaran anaknya” kata Ade Fajar.

“Saya bersyukur, SMP Prawira bisa sampai di titik ini. SMP di kabupaten juga bisa menjadi panutan se-nusantara. Terima kasih TPN X, sangat luar biasa. Menjadi momentum pembelajaran yang sangat bermakna” pungkasnya.

Cerdas Cermat Guru (CCG): Asesmen untuk Guru Tahu Level Kompetensinya

CCG merupakan asemen untuk guru agar mengetahui level kompetensinya sesuai dengan Permendikbud 2626 tahun 2023. Asesmen ini mengukur kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Tiap peserta akan mendapat piagam yang berisi informasi level pada tiap kompetensi. Piagam tersebut lengkap dengan umpan balik, rekomendasi pelatihan apa saja yang peserta butuhkan. Hal ini mendorong guru untuk mengambil pelatihan yang sesuai kebutuhannya.

(YMH)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *