Kampus Guru Cikal

AKGB

Pemda Sidrap Gandeng KGC Adakan Asesmen Kompetensi Guru Belajar

Kampus Guru Cikal bersama Komunitas Guru Belajar Nusantara Kabupaten Sidrap dan pemerintah daerah Kabupaten Sidrap menggelar Asesmen Kompetensi Guru Belajar (AKGB). AKGB yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pangsid dan SMA Negeri 2 Pangsit ini diikuti oleh 2000 guru berbagai jenjang pada Minggu (21/07). Faizal Sehuddin, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Sidrap mengungkapkan, sebelumnya para guru telah mendapat asesmen kompetensi melalui Cerdas Cermat Guru (CCG) yang diselenggarakan di TPN XI di Kab. Sidrap.  “CCG diselenggarakan secara berkelompok dan keikutsertaan merupakan inisiatif masing-masing guru sehingga belum semua guru mengetahui level kompetensinya, sedangkan AKGB diberikan untuk seluruh guru formal di Kabupaten Sidrap kecuali guru penggerak yang sudah pasti baik hasilnya,” terang Faizal. Hasil AKGB nantinya akan menjadi bahan evaluasi dan dasar kebijakan terkait peningkatan kompetensi guru. Faizal menyebutkan akan ada pemetaan mengenai kompetensi guru apa saja yang perlu ditingkatkan dan perlu dipertahankan di daerahnya. “Asesmen seperti ini sangat dibutuhkan oleh kami, untuk mempermudah keputusan langkah apa yang perlu diambil. Hasil tiap guru, tiap kecamatan, pasti berbeda level kompetensinya. Nanti kita susun program-program peningkatan kualitas setelah dipetakan dari asesmen ini,” lanjut Faizal. Kompetensi yang diukur adalah kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. Empat kompetensi tersebut wajib dimiliki oleh guru berdasar Perdirjen GTK No. 2626 tahun 2023. Asesmen Kompetensi Guru Belajar: Acuan Pengembangan Diri Guru dan Kebijakan Pemerintah Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal, menjelaskan, AKGB merupakan asesmen diagnosis sekaligus formatif untuk guru. Sebagai asesmen diagnosis, AKGB dapat menjadi acuan pengembangan diri. Sedangkan sebagai asesmen formatif, AKGB dapat dijadikan latihan guru atau calon guru mempersiapkan diri sebelum mengikuti berbagai seleksi pengembangan karier dari Kemendikbudristek seperti Uji Kompetensi Guru (UKG), Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). AKGB juga membantu pemerintah daerah memprioritaskan program pengembangan kompetensi guru tertentu. “Banyak pelatihan guru dan banyak guru yang perlu ditingkatkan kompetensinya tapi anggaran terbatas. Dengan AKGB, pemda dapat menentukan prioritas sesuai kebutuhan,” jelas Pima, sapaan akrab Marsaria. “Semoga semakin banyak sekolah atau pemerintah daerah yang sadar kalau asesmen sebelum menentukan program belajar itu sangat penting. Ya sama seperti kita ke murid, asesmen dulu baru tentukan strateginya. Dengan demikian, apa yang dilakukan akan lebih efektif,” tutup Pima.

Pemda Sidrap Gandeng KGC Adakan Asesmen Kompetensi Guru Belajar Read More »

membuat media ajar dengan artificial intelligence

Membuat Media Ajar Bermakna Bisa Gunakan Artificial Intelligence

Anggayudha Ananda Rasa atau akrab dipanggil Aye, pelatih Guru Belajar Foundation menekankan pentingnya empati pada murid saat guru merancang media ajar. Hal ini disampaikan, saat dirinya mengisi sesi belajar “Membuat Media Ajar dengan Design Thinking dan Artificial Intelligence” pada Rabu (4/9) secara daring. Media ajar dibutuhkan saat murid kesulitan untuk memahami suatu materi. Oleh karenanya, menurut Aye, design thinking yang merupakan kerangka berpikir yang berpusat pada manusia akan memudahkan guru merancang media ajar. “Yang mau kita carikan solusinya adalah manusia, adalah murid. Kita nggak ngomongin laboratorium bagus, sekolah bagus. Kita fokus ke humannya. Itu hal fundamental yang perlu kita pahami,” kata Aye. Kerangka Design Thinking Terdapat lima langkah dalam design thinking yang dibagi dalam dua fase. Fase pertama yakni empati, definisi masalah, dan uji coba, lalu fase kedua adalah ideasi dan purwarupa. Setelah uji coba dilakukan, guru boleh kembali lagi ke empati jika dirasa masalah yang sudah dirumuskan ternyata tidak sesuai. “Misalnya nih, tantangan yang ingin diselesaikan adalah murid kesulitan menyelesaikan pecahan. Ternyata bukan karena dia tidak bisa pembagian tapi ada masalah di rumah, jadi dia stres. Definisi masalahnya bisa diubah setelah diuji coba, kembali lagi ke empati, terus seperti itu berputar di fase pertama,” jelas Aye di sesi belajar yang digelar Guru Belajar Foundation bersama SMBC Indonesia. Cara untuk Berempati ke Murid Selama hampir satu jam, Aye membahas bagaimana guru bisa berempati. Dia menyebutkan, hal ini memang tahapan paling sulit padahal penting. Pasalnya, biasanya guru memiliki ego yang besar sebagai orang dewasa yang menghadapi anak-anak. “Saya pernah mengajak ngobrol santri kelas 12. Ternyata mereka perkalian saja ada yang belum bisa. Jadi mereka tidur selama pelajaran saya itu ya bentuk kepasrahan mereka atau kekecewaan. Yang jelas saya jadi tahu nih permasalahannya di mana,” cerita Aye membuktikkan pentingnya memahami murid. Dia menuntun peserta sesi mengerjakan kanvas empati untuk memudahkan melihat murid dari kacamata murid. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah, (1) siapa murid yang perlu kita pahami, (2) apa yang biasanya mereka lakukan, (3) apa yang sehari-hari biasa mereka lihat, (4) apa yang mereka katakan, (5) apa yang mereka lakukan, (6) apa yang mereka dengar, (7) apa yang mereka pikir dan rasakan termasuk keresahan dan keinginannya. Merancang Media Ajar dengan Bantuan Artificial Intelligence (AI) Pekerjaan guru yang berat kini bisa mendapat bantuan dari AI, salah satunya saat butuh mendapat ide membuat media ajar. Rumus yang bisa digunakan adalah “KTP” yakni kepanjangan dari “konteks, tujuan, perintah”. Konteks adalah kondisi yang berkaitan dengan tujuan. Semakin detail konteks yang diberikan, maka semakin besar peluang AI akan memberikan jawaban seperti yang kita harapkan. “Jadi kalau pakai kanvas rancangan pengajaran, itu ada kondisi murid, kebutuhan murid, tujuan pembelajaran, strategi pengajaran, dan media ajar pendukung. Nah kondisi murid sampai tujuan itu yang bisa kita masukkan ke AI. Sedangkan strategi dan media ajar kita jadikan perintah ke AI,” terang Aye. “Kondisi dan kebutuhan murid kita dapatkan dari hasil yang kita gali dengan berempati tadi. Oleh karenanya, semakin kita berempati, maka media ajar yang disarankan AI akan semakin bisa relevan dengan kebutuhan murid,” pungkasnya. (YMH)

Membuat Media Ajar Bermakna Bisa Gunakan Artificial Intelligence Read More »

asesmen kompetensi guru belajar

1000 Guru Kota Pekalongan Ikut Asesmen, Dinas Siap Buat Kebijakan Berbasis Data

Dinas Pendidikan Kota Pekalongan menggandeng Guru Belajar Foundation (GBF) dan Komunitas Guru Belajar Kota Pekalongan menggelar Asesmen Kompetensi Guru Belajar (AKGB) pada Sabtu (31/08) hingga Minggu (01/09) di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 3 Kota Pekalongan. Total ada 1000 guru jenjang PAUD, SD, dan SMP yang ikut. Ini artinya semua guru di Kota Pekalongan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Pekalongan mengikuti AKGB. Zainul Hakim, Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan menjelaskan, hasil asesmen akan digunakan sebagai dasar identifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi guru. Dia menyebutkan akan ada pemetaan mengenai kompetensi guru apa saja yang perlu ditingkatkan dan perlu dipertahankan di daerahnya. “Asesmen seperti ini sangat dibutuhkan oleh kami, untuk mempermudah keputusan langkah apa yang perlu diambil. Hasil tiap guru, tiap kecamatan, pasti berbeda level kompetensinya. Kita analisis potensi dan kebutuhan guru,” lanjut Zainul. Baca juga: Dirjen GTK Apresiasi Dukungan YGB di Era Pandemi “Nanti kita susun program-program peningkatan kualitas setelah dipetakan dari asesmen ini. Jadi kami ambil langkah, ambil kebijakan memang ada dasarnya yang jelas, dasarnya data,” lanjutnya. Kompetensi yang diukur adalah kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. Empat kompetensi tersebut wajib dimiliki oleh guru berdasar Perdirjen GTK No. 2626 tahun 2023. “Dengan hasil asesmen dan tindak lanjutnya ini, harapannya pemerataan kompetensi guru di setiap instansi itu bisa terwujud,” tutur Zainul. Sita, guru SD Kraton Kidul, salah seorang peserta mengatakan, AKGB menjadi sarana dirinya memahami dirinya sendiri. Dia berharap, asesmen ini benar-benar ada tindak lanjutnya. “Awalnya deg-deg’an, kan mengerjakan soal seperti ujian, tapi berulang disampaikan kalau asesmen ini tidak menentukan nasib karier kita sebagai guru kok. Ini bukan uji kompetensi, ujian kenaikan jenjang, dan sebagainya,” jelas Sita. “Justru pada akhirnya tadi merasa jadi lebih mengenal diri sendiri ketika mengerjakan soal-soal itu. Apalagi yang kepribadian. Harapannya ya ada kelanjutannya setelah ini,” ucapnya. Baca juga: 6000 Guru Ikut Onboarding WIT: Guru Tidak Bisa Berhenti Belajar Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal, salah satu unit YGB yang menjadi pelaksana AKGB, menjelaskan, AKGB merupakan asesmen diagnosis sekaligus formatif untuk guru. Sebagai asesmen diagnosis, AKGB dapat menjadi acuan pengembangan diri. Sedangkan sebagai asesmen formatif, AKGB dapat dijadikan latihan guru atau calon guru mempersiapkan diri sebelum mengikuti berbagai seleksi pengembangan karier dari Kemendikbudristek seperti Uji Kompetensi Guru (UKG), Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). AKGB juga membantu pemerintah daerah memprioritaskan program pengembangan kompetensi guru tertentu. “Banyak pelatihan guru dan banyak guru yang perlu ditingkatkan kompetensinya tapi anggaran terbatas. Dengan AKGB, pemda dapat menentukan prioritas sesuai kebutuhan,” jelas Pima, sapaan akrab Marsaria. “Semoga semakin banyak sekolah atau pemerintah daerah yang sadar kalau asesmen sebelum menentukan program belajar itu sangat penting. Ya sama seperti kita ke murid, asesmen dulu baru tentukan strateginya. Dengan demikian, apa yang dilakukan akan lebih efektif,” tutup Pima. (YMH)

1000 Guru Kota Pekalongan Ikut Asesmen, Dinas Siap Buat Kebijakan Berbasis Data Read More »

Pameran karya P5 murid Lembang

Murid SMP di Lembang Buat Karya untuk Atasi Teman Putus Sekolah

Dalam rangkaian kampanye bulan pendidikan #FilantropiuntukIndonesia bersama Perhimpunan Filantropi Indonesia, Guru Belajar Foundation mengadakan talkshow bertajuk “Dukung Anak Mengukur Diri, Berkarya, dan Berkontribusi” pada Jumat (17/05) secara daring. Dalam kesempatan tersebut hadir Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal, dan Dedeh Sarinah, murid dari SMP Prawira Lembang sebagai narasumber. Talkshow ini menekankan bahwa pameran karya penting untuk anak karena menjadi asesmen yang otentik. Pentingnya Murid Punya Karya yang Dipamerkan Anak penting untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi karena akan mempengaruhi bagaimana mereka siap terjun ke masyarakat. Pima, sapaan akrab Marsaria, menyarankan agar murid belajar dengan berkarya untuk meningkatkan kompetensi ini. Baca juga: Teacher Talent: Solusi untuk Pencarian Guru Abad ke-21 Di era Kurikulum Merdeka, belajar dengan berkarya difasilitasi melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). “Ada pepatah kan ya, kalau di sekolah kita belajar dulu baru ujian, kalau di dunia nyata kita ujian dulu baru belajar. Kenapa tidak sejak sekolah saja, anak terbiasa terjun ke masyarakat untuk belajar?” kata Pima. Melalui proses membuat karya, murid akan belajar melihat masalah, mengelola banyaknya informasi, dan merancang solusi yang bisa mengatasinya. Anak juga belajar untuk gagal dan belajar dari kesalahannya tersebut. Proses ini sangat mengasah kemampuan literasi dan numerasi. Setelah membuat karya juga perlu bergabung dengan pameran karya. Menurut Pima, pameran karya adalah cara otentik untuk anak bisa mengetahui kemampuan dirinya. Pasalnya, dengan pameran karya, anak akan menerima umpan balik bahkan dari orang yang sebelumnya belum pernah terlibat sama sekali dalam proses pembuatan karya. Baca juga: Murid Ramai di Kelas, Ini 5 Langkah Buat Kesepakatan Kelas Agar Disiplin “Maksudnya otentik benar-benar dari orang-orang di luar kelas, mereka akan kasih umpan baliknya, ibaratnya mereka ini punya fresh eye jadi umpan baliknya segar. Ini akan jadi pengalaman berharga untuk anak untuk bisa mengukur kompetensi dirinya,” ujar Pima. Namun, Pima mengingatkan untuk jangan sampai terjebak miskonsepsi pameran karya. Saat ini setiap sekolah biasanya mengadakan pameran karya di akhir semester tapi esensinya tidak sampai karena hanya berlomba terlihat keren dan mengedepankan kemewahan. Pameran karya yang sesuai esensi kembali pada tujuan yakni mengukur kompetensi diri anak. Sehingga di pameran karya yang penting adalah anak punya ruang untuk berefleksi. Mereka berlatih mengkomunikasikan proses karyanya dan menerima umpan balik.   Dedeh Sarinah, Teman yang Putus Sekolah jadi Topik Karyanya Contoh murid yang memiliki karya bermakna adalah Dedeh Sarinah, murid SMP Prawira Lembang. Dia dan kedua temannya membuat projek “Ayo Sekolah”. Projek ini berlatar belakang keresahannya melihat teman-temannya putus sekolah. SMP Prawira Lembang jauh dari wilayah perkotaan. Sebagian besar murid harus jalan kaki menanjak melalui hutan bambu jika ingin sampai ke sekolah. Dan dengan berbagai alasan lain, banyak yang tidak bersemangat sekolah. Beberapa mengundurkan diri dan memutuskan menikah muda. Baik orangtua maupun anak di daerah tersebut belum memprioritaskan sekolah. “Dari hasil riset kami bertiga, putus sekolah akan memiliki dampak buruk untuk teman-teman saya, oleh karenanya, saya dan teman-teman memutuskan masalah ini jadi topik projek profil,” ungkap Dedeh. Dedeh mengaku menghadapi tantangan saat memikirkan solusinya. Bagaimana agar cara yang dilakukan bisa mengena ke teman-teman dan orangtua dan berdampak panjang. Dia juga khawatir jika komunikasinya kurang diterima. “Akhirnya kami memutuskan untuk membuat video-video sederhana yang menunjukkan menyenangkan dan pentingnya sekolah, lalu kami distribusikan ke teman-teman. Lalu saat kami melihat ada teman yang mulai tidak semangat sekolah, mulai membolos, kami yang beri semangat,” kata Dedeh. Karya Dedeh dan kedua temannya ini juga sudah dipamerkan di pameran karya puncak Temu Pendidik Nusantara X, yang dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Dedeh mengatakan senang dapat bergabung karena dirinya belajar mempresentasikan ide tersebut dan menerima beragam umpan balik. Selain itu juga berkenalan dengan murid dari sekolah lain. (YMH)

Murid SMP di Lembang Buat Karya untuk Atasi Teman Putus Sekolah Read More »

Disiplin positif

Murid Ramai di Kelas, Ini 5 Langkah Buat Kesepakatan Kelas Agar Disiplin

Manajemen kelas merupakan tantangan yang sering dihadapi oleh guru; murid yang sibuk berbicara sendiri, murid tidak mengumpulkan tugas, hingga kelas yang berantakan. Peraturan telah dibuat tapi murid kerap melanggarnya. Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal, menuturkan, tantangan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan disiplin positif. Salah satu unsurnya yakni membuat kesepakatan kelas yang kini juga didorong penerapannya di era Kurikulum Merdeka. “Dengan kesepakatan kelas, murid secara utuh dilibatkan dalam membuat dos dan don’ts tindakan atau perilaku dalam proses belajar. Jadi akan tumbuh dari dalam rasa tanggung jawab untuk melakukan kesepakatan itu,” terang Pima sapaan akrab Marsaria. Guru yang telah mengajar dua puluh tahun lebih ini menceritakan pengalamannya mengajak murid berdiskusi untuk merumuskan kesepakatan kelas. Ada lima langkah yang bisa menjadi panduan guru. 1. Diskusi Pentingnya Kesepakatan Kelas dengan Murid Pada tahap ini, guru bisa melempar beberapa pertanyaan pemantik ke murid. Beberapa pertanyaan rekomendasi dari Pima yakni  “Mengapa penting untuk punya kesepakatan bersama di kelas?” “Mengapa penting untuk murid terlibat penuh dalam membuat kesepakatannya?” “Mengapa penting untuk untuk sepakat?” “Mengapa tidak guru saja yang membuat lalu disepakati oleh murid?” Hasil diskusi ini adalah menyepakati bersama bahwa murid perlu aktif saat merumuskan kesepakatan kelas. 2. Menggambar Kelas yang Ideal Pada tahap selanjutnya, guru mengajak murid menyiapkan alat tulis dan menggambar kelas yang ideal. Murid dapat berimajinasi dan berkreasi sehingga terbayang jika mereka disiplin terhadap kesepakatan, mereka sendiri yang merasakan manfaatnya. “Mengapa menggambar? Karena murid semua jenjang dapat menggambar. Meskipun mungkin ada yang gambarnya lebih abstrak, itu tidak masalah,” kata Pima. 3. Curah Ide Setelah menggambar, murid diajak untuk menerjemahkan gambarnya ke dalam poin-poin tulisan. Perbedaan jenjang akan butuh perbedaan intervensi. Misalnya murid PAUD mungkin akan membutuhkan bantuan guru untuk menulis. “Untuk guru PAUD atau murid kelas satu, misalnya guru harus tanya ke murid, apa yang mereka gambar dan menuliskannya. Tapi untuk jenjang yang lebih tinggi, mereka akan bisa lebih mandiri,” terang Pima. 4. Diskusi untuk Merumuskan Poin Kesepakatan Berikutnya, bagi murid ke dalam kelompok kecil untuk memulai aktivitas diskusi. Dengan demikian, murid belajar berkolaborasi dan mulai menyadari bahwa mungkin ada poin-poin keinginannya yang tidak sesuai dengan milik temannya. Guru dapat memberikan kanvas diskusi sebagai panduan agar diskusi berjalan efektif. Pima menjelaskan, kanvas bisa dibuat sederhana dengan membuat tabel yang berisi beberapa pertanyaan. “Seperti apa kelas impian mu?” “Bagaimana cara kita supaya bisa berinteraksi dengan baik?” “Bagaimana mewujudkan semua itu?” “Bagaimana kita sebagai murid bisa membuat kelas kita aman dan nyaman?” “Apa saja kesepakatan kelas yang perlu ada?” Guru dapat membuat format berbeda untuk diskusi tapi pastikan mudah dilakukan oleh murid. 5. Membuat Kalimat Kesepakatan Langkah terakhir yakni merumuskan kalimat kesepakatan kelas. Untuk guru kelas atas, bisa mempersilakan salah satu murid untuk memimpin diskusi. Pada tahap ini, semua masukan dari tiap tim ditampung lalu didiskusikan. “Nah, itu kan akan ada banyak poin-poin dari masing-masing grup. Bisa dikelompokkan yang sama atau bertujuan sama, diparafrase, dan dibuat 3-5 kalimat positif. Kalimat positif, misalnya, bukan ‘jangan makan di kelas’, melainkan ‘menjaga kebersihan kelas’, seperti itu,” terang Pima. Menurut Pima sesuai pengalamannya, melibatkan penuh murid seperti ini sangat membantu agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan nyaman.

Murid Ramai di Kelas, Ini 5 Langkah Buat Kesepakatan Kelas Agar Disiplin Read More »