Desember 2024

media ajar literasi finansial

Workshop Uji Coba Media Literasi Finansial Bersama SMBC Indonesia

Memperingati Hari Guru Sedunia, SMBC Indonesia menggandeng Guru Belajar Foundation (GBF) dan Komunitas Guru Belajar Nusantara menggelar workshop “Pembelajaran Inovatif dan Manajemen Finansial yang Kuat” pada Sabtu (5/10) di Jakarta dan Minggu (6/10) di Yogyakarta dan Makassar. Workshop ini merupakan bagian dari bootcamp Guru Kreatif Cerdas Finansial (GKCF) yang telah berlangsung daring selama sebulan. Pada sesi daring, peserta belajar mengatur keuangan dan membuat media ajar untuk murid dengan prinsip design thinking. Sedangkan pada workshop, peserta ditantang melakukan uji coba purwarupa media ajar terkait literasi finansial. Media ajar tidak ditujukan penggunaannya untuk murid melainkan sesama guru. “Beasiswa belajar ini merupakan komitmen Bank BTPN untuk menjadi sahabatnya Bapak/Ibu guru. Kami peduli pada pendidikan dan kami percaya kemajuan pendidikan ujung tombaknya adalah guru dan kami ingin membersamai Bapak/Ibu,” kata Dody Safrizal, Area Business Leader Pension Business & Area Head Jakarta dalam sambutannya. Topik workshop lahir dari keresahan Bank BTPN dan YGB terhadap kesulitan guru dalam mengelola keuangan pribadi. Rendahnya rata-rata pendapatan guru mendorong mereka mengembangkan karier protean sehingga memiliki berbagai sumber pendapatan. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan kecakapan mengatur keuangan. Baca juga: Membuat Media Ajar Bermakna Bisa Gunakan Artificial Intelligence “Saat kami membuka pendaftaran beasiswa ini, antusiasmenya luar biasa sekali hingga 9000 lebih pendaftar. Kami kagum terhadap semangat belajar Bapak/Ibu guru. Saya berharap Bapak/Ibu yang mendapat kesempatan belajar di sini menularkan ilmunya ke guru lain yang belum mendapat kesempatan,” tutur Dody. Uji Coba Media Ajar Literasi Finansial Dalam uji coba, peserta dibagi dalam kelompok kecil untuk memperkenalkan media ajar literasi finansial yang  sudah mereka rancang, yang kemudian dinilai oleh sesama anggota kelompok. Intan Irawati, peserta dari MAN 15 Jakarta, mengungkapkan perasaan syukurnya karena kini bisa membuat media ajar yang lebih bermakna. Dia menceritakan, setelah mengikuti sesi daring GKCF, dia sudah mulai membuat media ajar dengan design thinking untuk murid-muridnya. “Perubahan terjadi pada murid saya, mereka lebih antusias belajar fisika. Murid yang awalnya lebih banyak diam, sudah mulai berani mengemukakan pendapat. Saya pun rasanya menjadi lebih dekat dengan murid, murid tidak sungkan lagi mengemukakan kesulitan,” ungkap Intan. Baca juga: Pelatihan Media Ajar: 3 Hal Penting Saat Merancang Prototipe “Sekarang saya ditantang membuat media ajar yang dapat membantu sesama guru. Semoga media yang saya buat useful dan efektifitas tinggi agar bisa membantu meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan bagi para penggunanya,” lanjutnya. Dia menceritakan pengalaman sahabatnya yang pernah datang dengan menangis, ternyata karena terlilit pinjol. Intan tidak ingin hal tersebut terjadi lagi ke orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya sangat bersemangat ketika mendapat tantangan dari program GKCF. Setelah uji coba, ada sesi belajar membuat konten yang diisi oleh Ria Farrabila, guru konten kreator yang video pembelahrannya sering viral di Instagram. Sesi ini mengajak peserta agar selalu membagikan praktik baik termasuk praktik membuat media ajar ke media sosial. Tujuannya agar dapat menginspirasi guru lain yang belum mendapat kesempatan menjadi penerima beasiswa GKCF.

Workshop Uji Coba Media Literasi Finansial Bersama SMBC Indonesia Read More »

media ajar dengan design thinking

Pelatihan Media Ajar: 3 Hal Penting Saat Merancang Prototipe

Anggayudha Ananda Rasa, atau akrab disapa Aye, pelatih Guru Belajar Foundation kembali menjadi pembicara sesi belajar mengenai media ajar. Sesi ini dilaksanakan pada Senin (9/9) secara daring via Zoom dan diikuti 800 peserta program beasiswa bootcamp “Guru Kreatif Cerdas Finansial”. Setelah menjelaskan proses design thinking untuk membuat media ajar pada pertemuan sebelumnya, kali ini Aye menjelaskan lebih dalam langkah merancang purwarupa. Purwarupa media ajar merupakan model awal dari sebuah media ajar yang dibuat untuk diuji sebelum ada versi finalnya. Purwarupa pada umumnya dibuat untuk menguji fungsi atau fitur dari media ajar sehingga jika ada hal yang belum sesuai, masih bisa diperbaiki. “Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan saat merancang purwarupa, yaitu menentukan tujuan, menentukan cara mendapatkan data, dan menentukan cara menyimpulkan hasil purwarupa,” terang Aye. Baca juga: Membuat Media Ajar Bermakna Bisa Gunakan Artificial Intelligence Pertama, setelah menentukan tujuannya, guru atau pembuat media ajar perlu menguraikan apa saja indikator dari ketercapaian tujuan tersebut. “Nah, di sini maka perlu juga kita punya hipotesis atau dugaan sementara,” jelas Aye. “Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang dapat diuji, tepat, dan spesifik. Misalnya, bukan ‘saya percaya bahwa murid akan menyukai permainan papan siklus air ini’, melainkan ‘saya percaya lebih dari 50% murid akan suka permainan ini karena cara bermainnya mudah membantu mereka mempelajari materi siklus air’, lebih clear dan memudahkan kita membuat indikatornya kan?,” lanjut Aye. Dia juga menegaskan, jangan sampai terjebak merangkai hipotesis yang sulit, melainkan fokus pada tujuan dari pembuatan media ajar. Jika tujuannya adalah murid paham materinya, maka pastikan dari hipotesis hingga penyimpulannya memang ke arah tersebut Baca juga: Guru Belajar Foundation Luncurkan Program Cerdas Finansial Lalu untuk mengumpulkan data, Aye memberi contoh dari pengalamannya. Data bisa dikumpulkan dari survey ke murid, observasi langsung saat murid menggunakan media ajarnya, memberi asesmen ke murid, hingga refleksi. Kemudian pembat media ajar bisa menyimpulkan hasil purwarupanya, apa saja yang perlu diperbaiki atau sudah baik. “Dalam perjalanan membuat media ajar, dalam hal ini purwarupanya, perlu terus diingat kalau media ajar yang bagus bukan yang secara fisik bagus, tapi yang bermanfaat untuk murid, tujuannya ke murid. Jadi pertanyaan mendasarnya adalah apakah media ajarnya sudah sesuai dengan kebutuhan belajar murid?,” tutup Aye.

Pelatihan Media Ajar: 3 Hal Penting Saat Merancang Prototipe Read More »