Masuk Semester Genap Lebih Siap, Gunakan Backward Design
Akhir semester merupakan waktu yang melelahkan bagi guru. Pasalnya, ada banyak tugas yang perlu mereka lakukan, seperti membuat rubrik asesmen, memeriksa tugas murid, hingga menulis raport. Marsaria Primadonna, ketua Kampus Guru Cikal, menjelaskan, ada cara agar beban kerja guru tidak menumpuk di akhir semester, yakni dengan backward design. Cara ini juga membantu agar guru tidak fokus pada mengajar melainkan belajar. “Backward design itu merancang terbalik proses yang biasa kita lakukan dulu. Jadi kita identifikasi dulu tujuannya, setelah itu merancang asesmen sumatif dan rubrik asesmen dulu, baru aktivitasnya,” jelas Pima, sapaan akrab Marsaria. Guru-guru seringkali akan keteteran ketika akan melakukan asesmen. Pasalnya, ada tujuan pembelajaran yang ternyata belum didukung aktivitas yang sudah dilakukan. Pada akhirnya guru mendadak membuat asesmen yang tidak sesuai. 3 Langkah Backward Design Berdasar pengalamannya mengajar hampir 20 tahun, Pima mengatakan, backward design sangat membantunya dalam proses merancang pembelajaran. Misalnya, di akhir semester, dia sudah siap dengan rubrik asesmen sehingga tidak perlu pusing dengan raport. Berikut tiga langkah backward design yang Pima lakukan. Identifikasi Tujuan Pada proses merancang pembelajaran tradisional, guru biasanya menuliskan terlebih dahulu sejumlah aktivitas belajar. Namun, pada backward design, identifikasi tujuan pembelajaran harus ditetapkan di awal. “Pada tahap ini, guru memikirkan, di akhir nanti, tujuannya murid bisa apa? Pemahaman apa yang ingin ada di dalam diri murid? Kompetensi apa? Atau kondisi akhir apa yang ingin dicapai?” jelas Pima. Merancang Asesmen Selanjutnya, guru perlu merancang asesmen sebagai bahan bukti dan refleksi apakah murid sudah mencapai tujuan. Oleh karena sebagai bahan refleksi, maka asesmen yang dirancang tidak hanya asemen sumatif, melainkan juga asesmen formatif. “Asesmen formatif menitikberatkan pada umpan balik dan dilakukan berkala sepanjang semester. Asesmen ini membantu guru dan murid untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar murid dalam mencapai tujuan,” terang Pima. Sedangkan saat merancang asesmen sumatif, guru perlu memahami bahwa asesmen ini tidak hanya terbatas pada ujian tulis. Ada banyak kegiatan untuk menilai keberhasilan belajar murid, misalnya membuat projek. Merancang Aktivitas Belajar Apabila biasanya langkah ini guru lakukan paling awal, maka pada backward design adalah langkah terakhir. Dengan mempertimbangkan kebutuhan murid, guru dapat memilih aktivitas belajar yang dapat mendukung murid mencapai tujuan belajarnya. “Dengan merancang pembelajaran menggunakan cara ini, akan memudahkan guru untuk membuat aktivitas pembelajaran yang bermakna sesuai kebutuhan murid, dan guru jadi lebih tenang dalam menjalankan perencanaan yang matang,” tutup Pima. (YMH)
Masuk Semester Genap Lebih Siap, Gunakan Backward Design Read More »