Kampus Pemimpin Merdeka

pameran karya projek penguatan profil pelajar pancasila

Festival Pameran Karya P5 di Bogor

  Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) bersama PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) berkolaborasi dengan Komunitas Guru Belajar Nusantara Bogor menggelar Festival Pameran Karya. Kegiatan berlangsung pada Minggu (3/12) di Aula Dinas Pendidikan Kota Bogor. Acara ini sekaligus merupakan rangkaian belajar bagi 2000 guru peserta Wardah Inspiring Teacher (WIT) 2023. WIT merupakan program apresiasi untuk guru berupa program belajar untuk meningkatkan kompetensi. Pada tahun ini, peserta mendapat pelatihan dan pendampingan untuk menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) selama tiga bulan. Baca juga: 15 Sekolah di Makassar Tampil di Festival Pameran Karya P5 “Guru peserta WIT tidak hanya belajar, namun juga berbagi mengenai apa yang sudah dipelajari. Ini ruang yang kami fasilitas untuk berbagi. Tentu harapannya, kedepan agar 2000 guru ini terus berbagi praktik baik, di berbagai kesempatan,” terang Rizqy Rahmat Hani, ketua KPM. Sebagai komponen baru, masih banyak guru dan sekolah yang bingung cara menerapkan P5. Tidak sedikit yang mengalami miskonsepsi, sehingga hasil belajar murid tidak maksimal. Melalui pameran karya, guru dapat belajar dari guru lain yang telah menerapkannya terlebih dulu. Karya yang ditampilkan tidak hanya menunjukkan hasil akhir, melainkan juga proses dan tantangannya. “Seringkali saat belajar dengan sistem projek, kita terjebak pada miskonsepsi yang fokus pada produknya. Di pameran ini, kami mau perlihatkan, kalau projek itu tujuannya nggak harus berupa produk. Apalagi P5 tujuannya pembentukan karakter murid. Proses sangat penting dalam membentuk karakter murid,” kata Rizqy. Baca juga: 20 Sekolah di Batu & Malang Tampil di Festival Pameran Karya P5 Selain Bogor, Festival Pameran Karya juga akan digelar di Palembang, Batu, dan Makassar. Di Bogor terdapat 7 sekolah terlibat sebagai pengisi pameran dan 8 guru berbagi praktik baik. P5 Gaya Hidup Berkelanjutan: Proses Meningkatkan Kepedulian Murid Pada Lingkungan Novia Nurrahmah, guru SMA Negeri 2 Cikarang, menjadi salah satu peserta WIT yang terpilih untuk jadi narasumber praktik baik. Dia berbagi pengalamannya menjadi guru fasilitator P5 di sekolahnya dengan tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”. “Di sekolah saya kemarin menerapkan alur temukan, bayangkan, dan lakukan, sesuai dengan panduan Buku Kerja Sukses Projek Profil Kampus Guru Cikal. Perubahan pada murid terlihat. Salah satunya lebih berani untuk saling mengingatkan agar membuang sampah pada tempatnya,” kata Novia. Berikut tiga tahapan yang dijelaskan oleh Novia. Pertama, tahap temukan, Novia mengajak murid untuk school tour. Murid mengamat lingkungan sekolah sambil memungut sampah yang mereka temukan. Setelah itu mereka refleksi dengan memberi pendapat mengenai kebersihan lingkungan sekolah.Kegiatan berikutnya, murid menonton film dokumenter tentang sampah untuk menambah informasi tentang jenis-jenis sampah. Baca juga: Pameran Karya WIT di Palembang: 12 Sekolah Unjuk Hasil Belajar P5 Tahap kedua, yakni bayangkan, Novia memberi judul aktivitasnya dengan “Kemana Perginya Sampahku?”. Novia mengajak murid berdiskusi mengenai mengapa ada banyak sampah di ruang kelas. Murid mendapat pertanyaan “apa yang saya rasakan ketika melihat sampah-sampah tersebut?”. “Dari beberapa diskusi yang sudah kami lakukan, murid mulai merasa bahwa banyaknya sampah di ruang kelas itu tanggung jawab bersama. Mereka mulai resah dengan kondisi tersebut,” ungkap Novia. Pada tahap lakukan, murid belajar dampak dan aktivitas penanganan sampah pada konteks global, seperti global warming. Dari situ murid belajar bahwa banyak cara yang bisa mereka lakukan untuk turut mendukung gaya hidup berkelanjutan. Murid kemudian bersepakat ingin membuat kampanye dengan berbagai media. Ada yang membuat poster, infografis, dan beberapa media lainnya. “Perjalanan belajar ini benar-benar menunjukkan perubahan pada murid. Setidaknya mulai sadar, kalau sampah itu buang pada tempatnya tidak mereka biarkan saja di kelas,” tutup Novia. (YMH)

Festival Pameran Karya P5 di Bogor Read More »

projek profil pancasila murid SMP

Festival Siap Kurikulum Merdeka: Projek Profil yang Tepat

Kampus Pemimpin Merdeka menggelar Festival Siap Kurikulum Merdeka pada Jumat (17/11) sore hari secara daring. Festival tersebut bertujuan memperluas praktik baik peserta program Siap Kurikulum, seperti penerapan projek profil, pembelajaran berdiferensiasi, dan penggunaan media ajar. Dari 324 peserta batch 1-4, terpilih 12 guru asal berbagai daerah yang berkesempatan berbagi praktik baiknya. Diantaranya Alia Yovica, guru SMP Negeri 29 Sijunjung, dan Dewi Handayani, guru SD Negeri 13 Sanggau. Projek Profil “Stop Bullying”, Tingkatkan Empati Murid Pada projek sebelumnya, Alia bersama rekan gurunya masih salah paham terhadap penerapan projek profil. Projek profil yang Alia adakan tiga bulan sebelumnya itu masih mengharuskan murid menghasilkan produk. Hal tersebut berdampak pada murid, banyak yang mengatakan bosan. Setelah mengikuti program Siap Kurikulum, Alia baru mengetahui tujuan utama projek profil, yakni menjadikan murid bagian dari problem solver atas masalah di sekitarnya. Dari pemahaman itu, hasil projek berbentuk produk bukan sebuah kewajiban. “Kami, koordinator dan fasilitator duduk bersama dulu. Kami sepakati alur aktivitasnya, yaitu tahap pengenalan, kontekstualisasi, aksi, refleksi, dan tindak lanjut. Sesuai yang kami pelajari di program Siap Kurikulum,” terang Alia. Mereka sepakat, pembelajaran P5 setiap hari Selasa hingga Sabtu, tiap harinya 2 jam pelajaran. Kegiatan pertama adalah memberikan sosialisasi projek ke murid agar mereka paham mengapa murid perlu melakukan projek tersebut. Selama sepuluh minggu, aktivitas yang dilakukan adalah, analisis video bullying, mencurahkan bentuk-bentuk bullying yang pernah diterima, menyampaikan hal yang disukai dan tidak dalam pertemanan, melakukan kerjasama dengan pihak sosial dan kepolisian untuk pendalaman ilmu, kampanye anti bullying di sekolah, dan yang terakhir membuat naskah drama. “Pada aktivitas kami sering memberikan kemerdekaan untuk memilih sesuai minatnya. Seperti misalnya saat membuat dan memperagakan naskah drama, murid mendapat kebebasan untuk memilih apakah dramanya tentang bullying verbal, fisik, atau relasional,” kata Alia. Pada sesi terakhir, Alia mengajak murid untuk berefleksi terkait apa yang sudah mereka pelajari dan apa yang ingin mereka perbaiki. Murid menyatakan pembelajaran seru karena aktivitas yang beragam. Mereka juga menyampaikan bahwa jadi lebih mengetahui tindakan apa saja yang disebut bullying dan bertekad untuk lebih menyayangi teman-temannya. Kolaborasi Antar Mapel untuk Kenalkan Budaya Sanggau Sedangkan Dewi berbagi pengalamannya menggabungkan mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia untuk mengenalkan budaya Sanggau.  Saat itu, materi IPS yang sedang dibahas adalah mengenai budaya negara ASEAN. Sedangkan pada pelajaran bahasa Indonesia, murid diharapkan memiliki kompetensi untuk menyajikan kesimpulan secara lisan dan tulis dari hasil pengamatan dan wawancara. Setelah mengajak murid berdiskusi, Dewi mengajak murid untuk menonton macam-macam tarian daerah Sanggau. Pasalnya, dari hasil diskusi, banyak yang tidak tahu sama sekali mengenai seni budaya daerah yang ada di Kalimantan Barat itu. “Baru setelahnya saya ajak mereka ke Dekranasda, Dewan Kerajinan Nasional Daerah, lalu ke rumah pengrajin sulam kalengkang khas Sanggau. Murid menyiapkan pertanyaan untuk melakukan wawancara,” jelas Dewi. Dari hasil wawancara tersebut, murid menyimpulkan, oleh-oleh yang paling laris adalah gantungan kunci. Mereka pun menyepakati ingin membuat gantungan kunci khas Sanggau untuk nantinya dititipkan di Dekranasda. Murid berdiskusi ingin membuat gantungan kunci seperti apa. Dewi membantu dengan memberi tontonan video kerajinan tangan khas Sanggau. Murid sepakat memilih gantungan kunci berbahan dasar daun, ada yang daun pisang kering, daun pakis, daun nangka, dan daun rambutan. “Kami kemudian ke toko bahan bersama-sama. Murid belajar berkomunikasi dengan penjual. Setiap murid mendapat peran, misalnya ada yang bertugas mencatat pengeluaran, menghitung item bahan, dan lainnya,” jelas guru kelas 6 itu. Dewi mengungkapkan, pembelajaran ini membuat murid lebih bersemangat untuk berangkat sekolah. Murid juga belajar untuk memberi dan mengembangkan ide. Selain itu, murid jadi lebih peka, saling tolong menolong satu sama lain. “Saya juga salut ketika setelah selesai mereka membersihkan dan membereskan peralatan sendiri tanpa komando dari saya,” tutup Dewi.

Festival Siap Kurikulum Merdeka: Projek Profil yang Tepat Read More »