Temu Pendidik Nusantara

Dukung 4500 Guru Belajar, Langkat Raih Penghargaan

Saiful Abdi, kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Langkat mendapat penghargaan “Empowered Education Management” dari Yayasan Guru Belajar (YGB), yang diserahkan saat Puncak  Temu Pendidik Nusantara (TPN) XI di Pos Bloc Jakarta pada Sabtu (2/11). Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Saiful Abdi, yang memilih untuk menjadi penggerak perubahan dalam pendidikan melalui berbagai inisiatif guna menciptakan pembelajaran yang berpihak pada anak di daerahnya. “Terima kasih untuk apresiasinya, terima kasih juga untuk Bapak Pj Bupati, Bapak Faisal Hasrimy, yang mengambil langkah konkret untuk mentransformasi pendidikan di Langkat. Semoga apa yang kita lakukan bersama memajukan kualitas pendidikan di Langkat,” kata Saiful. Saiful Abdi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan berbagai pihak dalam sektor pendidikan. Disdik Kabupaten Langkat telah aktif berkolaborasi  dengan YGB sejak tahun 2021 pada program Sekolah Merdeka Belajar. Pencapaian tercatat ada 303 pemimpin sekolah/madrasah berbagi praktik baik merdeka belajar. Dia juga menceritakan pergerakan Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Langkat yang terlibat aktif dalam berbagai program pengembangan kapasitas guru. Baca juga: 50 Guru Bagikan Inspirasi Media Ajar Literasi Finansial di FESTIFIN “Pencapaian ini adalah hasil dari kerja keras bersama. Dengan kolaborasi yang kuat kami semakin optimis dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas dan merata di Langkat,” tuturnya. Dalam ajang yang sama, Disdik Kabupaten Langkat juga meraih penghargaan sebagai “Dinas Pendidikan Berdaya” karena telah mendukung 4500 guru lebih untuk belajar di TPN XI di Langkat, terbanyak di antara 49 daerah lainnya. Dia mengatakan akan mendukung keberlanjutan dukungan terhadap penyelenggaraan TPN di Langkat, karena sesuai dengan kebutuhan belajar guru. Selain itu, dia juga menyoroti Cerdas Cermat Guru, asesmen formatif untuk mengetahui level kompetensi guru, yang membantu Disdik Langkat melakukan pemetaan kebutuhan guru. Disdik Langkat adalah Pemda yang Berdaya Maman Basyaiban, ketua TPN, menyampaikan apresiasinya pada semua penerima penghargaan karena telah berkomitmen menjadi pemimpin yang berdaya, yakni pemimpin yang mencari cara untuk mencapai tujuannya; perbaikan kualitas pendidikan di tengah banyaknya tantangan. “Mengapresiasi penerima penghargaan ini karena sadar kalau tantangan di pendidikan itu harus dihadapi bersama dengan kolaborasi. Bapak/Ibu mengambil peran di TPN  daerahnya masing-masing, berarti mau mendengarkan, percaya dan mendukung guru untuk #LanjutBelajar,” kata Maman. Maman menambahkan bahwa penghargaan ini tidak hanya merupakan bentuk pengakuan, tetapi juga menjadi ajakan bagi pemimpin pendidikan lainnya untuk lebih berperan aktif dalam mendukung guru dan membangun ekosistem pendidikan yang inklusif.  Baca juga: Guru Belajar di Tantangan Pendidikan Masa Depan “Harapan kami, semakin banyak pemimpin daerah dan sekolah menjadi penggerak perubahan pendidikan yang positif. Dengan bergandengan tangan, kita dapat membangun masa depan pendidikan yang lebih berpihak pada anak,” ujar Maman. Acara Puncak TPN XI di Pos Bloc Jakarta ini berhasil mempertemukan ribuan pendidik dan pemangku kepentingan pendidikan dari berbagai wilayah Indonesia. Melalui agenda seperti kelas debat, kelas pendidik, dan kelas penggerak, para peserta mendapatkan kesempatan untuk saling berbagi inspirasi, memperdalam pengetahuan, dan mempraktikkan kepemimpinan yang berdaya. (YOSI)

Dukung 4500 Guru Belajar, Langkat Raih Penghargaan Read More »

Guru Belajar di Tantangan Pendidikan Masa Depan

Beragam kebijakan dan pendekatan baru diterapkan dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan mendorong proses belajar yang lebih adaptif dan inovatif. Sebagai upaya untuk mendorong transformasi menghadapi tantangan pendidikan, Puncak Temu Pendidik Nusantara (TPN) XI menghadirkan talkshow bertajuk “Guru Belajar di Tantangan Pendidikan Masa Depan”, Sabtu (02/11) di Pos Bloc, Jakarta. Juliawati dari SD Negeri 08 Sanggau, Kalimantan Barat, yang hadir sebagai salah satu narasumber menyebutkan bahwa tantangan terbesar saat ini yakni mengintegrasikan teknologi secara efektif dan esensi pembelajaran agar tetap bermakna. “Di tengah keterbatasan di pelosok, saya sebagai guru menghadapi tantangan teknologi, saya mencoba untuk tetap menjaga esensi dari belajar dengan menggabungkan perkembangan teknologi yang ada serta pembelajaran yang bermakna,” ujar peraih Ki Hajar Dewantara Awards itu. Baca juga: Ujian Nasional Diperdebatkan: Seberapa Problematis? Menurutnya, adaptasi murid terhadap teknologi sangat bagus. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan kemampuan berpikir kritis serta tingkat emosional. “Ketika misal pembelajaran berbasis projek, kebutuhan riset, tetap memanfaatka teknologi. Tapi ketika refleksi, kolaborasi, biasanya tidak menggunakan teknologi tapi anak-anak berkumpul dalam kelompok kecil,” lanjutnya. Pendidikan adalah Kolaborasi Sedangkan Tya Ariestya, seorang publik figur yang hadir juga sebagai narasumber, menyoroti pentingnya kolaborasi orangtua dan guru dalam pendidikan anak.  “Suasana pembelajaran hari ini yang lebih menyenangkan akan menjadi jalan anak nyaman di sekolah. Materi dengan mudah tersampaikan juga kolaborasi antara guru dan orang tua menjadi kunci kebermaknaan pembelajaran,” jelasnya Pemintah pun mengambil peran penting dalam menjawab tantangan pendidikan masa depan. Hadir Widyaningtya Sistaningrum  yang memaparkan bagaimana posisi pemerintah dalam hal ini. Perwakilan dari BPMP Jakarta ini menggaris bawahi pentingnya kolaborasi dalam dunia pendidikan. Dia memaparkan bagaimana pemerintah, melalui BPMP, memberikan dukungan dengan menjamin mutu pendidikan. Baca juga: Temu Pendidik Nusantara Mendapat Pengakuan Internasional “Langkah yang bisa kami lakukan yakni dengan membaca setiap kebijakan pendidikan  yang ada, mengevalus serta monitoring  untuk meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan di tingkat provinsi, termasuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat,” pungkasnya. Penulis: Siti Fatonah Editor: YOSI

Guru Belajar di Tantangan Pendidikan Masa Depan Read More »

Canva Dukung Guru Siap Merancang Pembelajaran ala Abad ke-21

Dalam era pendidikan abad ke-21, keterampilan berpikir kritis dan kreativitas menjadi semakin penting bagi murid. Menjawab kebutuhan tersebut, Puncak Temu Pendidik Nusantara XI menghadirkan talkshow inspiratif bertajuk “Memberdayakan Kreativitas dan Berpikir Kritis dengan Canva”, yang berlangsung di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu (2/10). Acara ini menghadirkan narasumber berpengalaman seperti Pipit Indrawati, Canva for Education Lead untuk Indonesia dan Asia Tenggara; Jihan Aryani, Country Community Manager Canva Indonesia; Marsaria Primadonna, Ketua Kampus Guru Cikal; serta Syerly Manarata, Guru Duta Canva. Mereka membahas peran Canva sebagai alat pendidikan yang mendorong murid untuk berpikir kritis dan mengekspresikan ide secara visual. Canva Terus Berkomitmen Mendukung Guru Jihan Aryani menekankan komitmen Canva untuk memperluas akses ke alat pendidikan yang memperkaya pengalaman belajar. “Kami percaya bahwa kreativitas adalah keterampilan yang penting, dan kami berkomitmen untuk menawarkan alat yang didukung AI dan perpustakaan template yang luas untuk mendukung guru dalam mendorong kreativitas dan berpikir kritis di kelas,” ujarnya. Baca juga: 30 Guru Berbagi Praktik di Puncak TPN XI Sejak tahun 2022, Canva telah bermitra dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, memungkinkan akses gratis ke Canva untuk Pendidikan bagi guru dan murid melalui Akun belajar.id. Pada tahun 2023, lebih dari 2,3 juta guru dan murid menggunakan Canva dengan Akun belajar.id, menghasilkan lebih dari 45 juta desain. “Kemitraan Canva dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah memudahkan guru dalam mengakses platform—mereka dapat langsung masuk dengan Akun belajar.id tanpa langkah verifikasi tambahan. Kami juga senang dapat mendukung para pendidik dengan memberikan pelatihan yang membantu mereka memaksimalkan Canva untuk pengalaman belajar yang lebih menarik di kelas,” kata Pipit. Baru-baru ini, Canva meluncurkan sebuah Pelatihan Mandiri di Platform Merdeka Mengajar berjudul Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dengan Akun belajar.id [Kemitraan dengan Canva untuk Pendidikan]. Pelatihan Mandiri ini dirancang untuk membimbing guru, termasuk mereka yang baru mulai menggunakan Canva, untuk pembelajaran secara mandiri. “Pelatihan Mandiri Canva mencakup video-video pengajaran yang inspiratif dari para Guru Duta Canva. Misalnya, satu video menyoroti pembelajaran berdiferensiasi mata pelajaran matematika menggunakan Canva, untuk topik penyajian data,” tambah Pipit. “Kami berharap melalui Pelatihan Mandiri ini, para guru terinspirasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna di kelas menggunakan Canva.” Pada kesempatan yang sama, ketua Kampus Guru Cikal (KGC) mengaku telah lama menggunakan Canva untuk mendukung proses pembelajaran di kelasnya, bahkan sebelum ada kemitraan seperti yang dijelaskan oleh Pipit. Baca juga: Puncak Temu Pendidik Nusantara XI: Otonomi Guru dalam Belajar “Saya sudah lupa bagaimana awalnya berkenalan dengan Canva dan bisa mengakses fitur Canva untuk Pendidikan, yang pasti sudah lama sebelum Canva bekerja sama dengan Kementerian (Pendidikan Dasar dan Menengah) dan hal itu membuat pembelajaran lebih kreatif,” ungkapnya. Canva Teknologi yang Sangat Membantu Guru Menurut Pima, sapaan akrab Marsaria, Canva memudahkan tugasnya sebagai guru. Seperti misalnya saat membuat media pembelajaran, dia sering memanfaatkan Canva untuk membuat desain yang disukai murid. Beberapa buku yang diterbitkan oleh KGC juga memanfaatkan Canva untuk mendesain sampul hingga mengatur tata letak setiap halaman. Dengan demikian, Canva menjadi alat yang sangat membantu bagi para guru, yang sering kali terlibat dalam proses pembuatan dan penerbitan buku. Namun, dia mengingatkan agar guru bisa menggunakan Canva dengan bijak. “Canva adalah teknologi yang sangat membantu kita tapi kita harus menggunakannya dengan bijak. Kita sebagai guru tetap punya peran utama dalam merancang pembelajaran yang bermakna,” pungkasnya. Baca juga: Guru juga Butuh Umpan Balik, Cerdas Cermat Guru jadi Solusi Melalui talkshow ini, para pendidik diharapkan semakin termotivasi untuk mengintegrasikan Canva dalam pembelajaran. Canva berkomitmen untuk mendukung pendidikan Indonesia melalui berbagai program yang membantu guru meningkatkan keterampilan mereka dalam melatih kreativitas dan berpikir kritis murid. Penulis: Siti Fatonah Editor: YOSI

Canva Dukung Guru Siap Merancang Pembelajaran ala Abad ke-21 Read More »

Bupati Melawi Raih “Mohammad Syafei Awards”

Dadi Sunarya Usfa Yursa, bupati Kabupaten Melawi, meraih penghargaan bergengsi  “Mohammad Syafei Awards” dari Yayasan Guru Belajar, yang diserahkan saat Puncak  Temu Pendidik Nusantara (TPN) XI di Pos Bloc Jakarta pada Sabtu (2/11). Penghargaan ini merupakan pengakuan pada pemimpin dalam manajemen pendidikan, baik di level sekolah, yayasan, maupun daerah yang memilih jalan penggerak perubahan pendidikan melalui berbagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada anak. Upaya yang dilakukan Dadi Sunarya termasuk diantaranya berkolaborasi dengan Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Melawi untuk meningkatkan kompetensi guru melalui Temu Pendidik Nusantara XI di wilayahnya. “Kami menyadari bahwa membangun ekosistem pendidikan tidak bisa sendiri. Kolaborasi antar semua pihak sangat penting. Kualitas pendidikan bukan hanya tanggungjawab satu pihak tapi tanggungjawab bersama seluruh  stakeholder pendidikan,” jelas Dadi Sunarya. Baca juga: Puncak Temu Pendidik Nusantara XI: Otonomi Guru Dia menyoroti peran penting dari orang tua, guru, tenaga kependidikan, komunitas, organisasi profesi, dan dinas terkait yang bersama-sama mendukung transformasi pendidikan di daerahnya. Karena itu, dia menyambut baik inisiatif KGBN Melawi dalam menggerakkan TPN di wilayahnya, terutama setelah melihat dampak positifnya terhadap peningkatan kualitas ekosistem pendidikan di Melawi.  “Kedepan kami akan terus membantu program ini melalui APBD kabupaten. Kerja kolaborasi ini sangat penting bagi kami agar bisa mendapatkan manfaat lebih bagi pendidikan di daerah kami,” kata Dadi Sunarya. Penghargaan Diberikan untuk Pemimpin yang Berdaya Maman Basyaiban, ketua TPN, menyampaikan apresiasinya pada semua penerima penghargaan “Mohammad Syafei Awards” karena telah berkomitmen menjadi pemimpin yang berdaya, yakni pemimpin yang mencari cara untuk mencapai tujuannya; perbaikan kualitas pendidikan di tengah banyaknya tantangan. “Mengapresiasi kepala daerah penerima penghargaan ini karena sadar kalau tantangan di pendidikan itu harus dihadapi bersama dengan kolaborasi. Bapak/Ibu mengambil peran di TPN  daerahnya masing-masing, berarti mau mendengarkan, percaya dan mendukung guru untuk #LanjutBelajar,” kata Maman. Baca juga: Debat Guru: Perlukah Kurikulum Merdeka Dilanjut? Maman menambahkan bahwa penghargaan Mohammad Syafei Awards tidak hanya merupakan bentuk pengakuan, tetapi juga menjadi ajakan bagi pemimpin pendidikan lainnya untuk lebih berperan aktif dalam mendukung guru dan membangun ekosistem pendidikan yang inklusif.  “Harapan kami, semakin banyak pemimpin daerah dan sekolah menjadi penggerak perubahan pendidikan yang positif. Dengan bergandengan tangan, kita dapat membangun masa depan pendidikan yang lebih berpihak pada anak,” ujar Maman. Acara Puncak TPN XI di Pos Bloc Jakarta ini berhasil mempertemukan ribuan pendidik dan pemangku kepentingan pendidikan dari berbagai wilayah Indonesia. Melalui agenda seperti kelas debat, kelas pendidik, dan kelas penggerak, para peserta mendapatkan kesempatan untuk saling berbagi inspirasi, memperdalam pengetahuan, dan mempraktikkan kepemimpinan yang berdaya. TPN XI tidak hanya menyoroti pentingnya kolaborasi dan peningkatan kompetensi guru, tetapi juga menekankan peran aktif para pemimpin daerah dalam mendukung pembelajaran berkualitas yang berfokus pada kebutuhan anak. (YOSI)

Bupati Melawi Raih “Mohammad Syafei Awards” Read More »

30 Guru Berbagi Praktik Baik di Kelas Pendidik Puncak TPN XI

Total 10 Kelas Pendidik di Puncak Temu Pendidik Nusantara XI sukses terselenggara. Kelas paralel yang digelar pada Sabtu (2/11) tersebut menghadirkan 30 guru dari berbagai penjuru nusantara atau masing-masing kelas terdapat 3 pembicara. Salah satunya mengusung judul “Memanusiakan Hubungan: Murid Dihapahami, Guru Dimengerti”. Kelas ini fokus pada bagaimana pengalaman pembicara sebagai guru mempraktikkan cara kreatif untuk memahami murid.  Andi Zupriaty: Guru Marah jadi Ramah Pembicara pertama, Andi Zupriaty, guru SMK Negeri 7 Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, memulai dengan menceritakan kondisi kelasnya dahulu yang penuh tantangan karena banyak murid malas, sulit diatur, dan seringkali tidak memenuhi ekspektasinya. Beban mengajar 12 jam pelajaran sehari membuat Andi merasa lelah merespons sikap para muridnya. Seringkali Andi marah kepada murid-muridnya yang berakibat dirinya dicap sebagai guru killer. Baca juga: Puncak Temu Pendidik Nusantara XI: Otonomi Guru dalam Belajar “Namun, beruntungnya saya dipertemukan dengan TPN beberapa waktu lalu yang diselenggarakan di Pangkep. Di situ saja baru tahu tentang asesmen diagnostik dan menyadari kalau permasalahan yang saya hadpi berasal dari ketidakmampuan saya memahami sudut pandang murid,” ungkap Andi. Melalui pengalamannya ini, Andi menekankan pentingnya refleksi diri bagi guru. Guru yang berefleksi jadi mengetahui kebutuhan belajarnya sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan nyaman bagi murid. “Saya memutuskan untuk beralih menjadi guru ramah, yang lebih sabar dan mendengarkan. Hasilnya pun terlihat, semakin banyak murid yang terbuka dan bahkan berani mencurahkan perasaan mereka,” lanjut Andi. Nur Laely: Guru Perlu Merangkul Korban Maupun Pelaku Bullying Meneruskan Andi, Nur Laely, guru MI Al Anwar Rembang, Jawa Tengah, membagikan pengalamannya dalam mengatasi fenomena perundungan di sekolah, terutama yang dialami oleh murid-murid dari luar Pulau Jawa. Nur mengatakan, seringkali korban perundungan merasa cemas dan tidak nyaman. Hal itu berdampak kesehatan mental korban perundungan  yang berujung pada penurunan kualitas belajar. Dia juga menceritakan bagaimana korban sering izin sakit. Baca juga: Debat Guru: Perlukah Kurikulum Merdeka Dilanjut? “Akhirnya saya coba merangkul baik korban maupun pekau perundungan dengan membuka ruang curhat melalui surat. Kenapa surat, agar mereka tidak canggung dan berani lebih terbuka,” jelas Nur. Melalui surat tersebut, ia memperoleh banyak pandangan baru, termasuk bahwa beberapa pelaku perundungan sebelumnya juga adalah korban. Setelah berani terbuka melalui surat, Nur akan mengajak mereka untuk betemu dan mendiskusikan perasaan masing-masing.  Dalam pertemuan tersebut, antara pelaku dan korban saling memaafkan dan hubungan mereka kembali membaik. “Selain dari merangkul korban bullying, kita juga harus tahu motif pelaku bullying. Jangan sampai kita abai atas apa yang mereka rasakan,” tuturnya. I Gusti Ayu: Cara Kreatif untuk Dekat dengan Guru Tidak kalah menarik, I Gusti Ayu, guru SMP Negeri 2 Nubatukan, Lembata, Nusa Tenggara Timur ikut menceritakan pengalamannya mengatasi tantangan mengajar. Ketika pertama kali mengajar, murid tidak menghargai sikap lembut dan santunnya. Alih-alih menggunakan hukuman, Ayu mencoba metode pengajaran yang lebih interaktif dengan mengajak para murid bermain permainan tradisional dan menonton film bermakna, seperti film tentang kasih sayang kepada ibu. Melalui pengalaman ini, Ayu menekankan pentingnya pendekatan kreatif yang menyenangkan. Tidak hanya mengajarkan pelajaran akademis, tetapi juga nilai-nilai moral yang membangun karakter murid. “Semenjak metode pengajaran saya berubah, murid-murid jadi menghargai saya, bahkan saya sekarang dijadikan guru paling favorit bagi mereka,” tutup Ayu. Penulis: Akmal Editor: YOSI

30 Guru Berbagi Praktik Baik di Kelas Pendidik Puncak TPN XI Read More »