Cerita Guru Belajar menggelar talkshow bertajuk “Guru Masa Kini untuk Murid Abad 21”. Talkshow ini masuk dalam rangkaian puncak Temu Pendidik Nusantara X yang diadakan pada Sabtu (21/10) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno.
Pada kesempatan tersebut hadir Iwan Syahril, Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, sebagai narasumber.
Menurut Iwan, ada tiga hal yang harus tercermin oleh guru di abad ke-21. Pertama, memiliki filosofi yang berpihak pada murid. Indikatornya adalah mereka menjadi guru memang karena keinginan hati untuk melayani murid.
“Menjadi guru untuk menjadi guru. Kadang tercampur, jadi guru untuk jadi pekerjaan atau sekadar status . Apa yang kemudian sering terjadi? Ketika, oh, saya sudah dapat status ini, sudah, perfomanya mentok,” jelas Iwan.
“Tapi ketika guru menjadi guru, ada keinginan untuk terus mau meningkatkan kompetensi. DI abad manapun, guru seperti ini yang kita butuhkan,” lanjutnya.
Kedua, guru untuk murid abad ke-21 dan masa depan perlu memiliki pikiran terbuka dan terus belajar. Lalu yang ketiga, menjadi guru problem solver. Guru problem solver tidak terus fokus pada masalahnya, melainkan berusaha mencari penyelesaiannya.
“Filosofinya, tak ada rotan, akar pun jadi. Dia akan lihat, ada apa di sekitarnya dan memanfaatkannya untuk memberikan pembelajaran terbaik untuk murid-muridnya,” terang Iwan.
Iwan menjelaskan, Kurikulum Merdeka dan berbagai kebijakan di dalamnya merupakan upaya pemerintah membentuk ekosistem pendidikan yang guru masa kini butuhkan. Kurikulum Merdeka memberikan kepercayaan pada guru untuk bisa berinovasi, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan oleh murid yang beragam setiap daerahnya.
Paragon Mendukung Lahirnya Guru Abad ke-21
Suci Hendrina, Head of CSR PT Paragon Technology and Innovation, turut hadir menjadi narasumber talkshow. Dia mengatakan, selain pemerintah, pihak korporasi pun perlu memberikan dukungan pada guru.
“Peran korporasi membersamai guru-guru untuk grow bareng. Kami di Paragon membersamai melalui Wardah Inspiring Teacher. Itu adalah wadah untuk kita sama-sama punya tempat belajar bareng,” terang Suci.
Suci pun menyepakati jika murid membutuhkan guru yang bisa memahami kebutuhan muridnya. “Kalau di korporasi namanya consumer centric, kalau di Bapak/Ibu guru konsumennya adalah murid, pihak yang sangat butuh dipahami,” tutur Suci.
Selain itu, menurutnya murid juga butuh guru yang memiliki kerendahan hati untuk terus belajar. Dia berharap, forum seperti Temu Pendidik Nusantara bisa terus menginspirasi guru untuk bisa menjadi pelajar sepanjang hayat.
Tidak hanya Iwan dan Suci, talkshow tersebut juga menghadirkan Emma Sri Martini, direktur keuangan PT Pertamina dan Tuty Marmiaty, guru penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara Langkat.
(YMH)
Pingback: Lima Strategi Meningkatkan Kualitas Pengawas Sekolah - Yayasan Guru Belajar