Guru Belajar Foundation (GBF) melalui unit Cerita Guru Belajar menjadi kolaborator program oleh AIA yakni AIA Healthiest Schools (AHS) dan akan mendampingi 100 sekolah menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan menyenangkan. Hal ini disampaikan oleh Bukik Setiawan, ketua GBF saat sesi sosialisasi pada Jumat (20/12) yang dihadiri 1700 peserta.
AHS sejalan dengan Gerakan Sekolah Sehat oleh Kemendikdasmen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pembelajaran murid. Nantinya pendampingan dilakukan dalam bentuk mentoring project-based learning (PjBL) sehingga relevan dan kontekstual terhadap persoalan masing-masing sekolah.
Bukik Setiawan, ketua GBF, menjelaskan, melalui PjBL murid berkembang keterampilan dan karakternya karena mendapat kesempatan untuk belajar secara aktif dengan menyelesaikan masalah nyata yang menjadi keresahan mereka.
“Kita sering mengatakan tujuan pendidikan kita adalah membangun karakter murid, karakter bangsa, tapi nyatanya karena banyak tuntutan dan tekanan, cita-cita kita direduksi menjadi yang sifatnya administrasi,” ungkap Bukik.
Baca juga: 6000 Guru Ikut Onboarding WIT: Guru Tidak Bisa Berhenti Belajar
Tujuan yang bersifat administratif adalah murid naik kelas, lulus atau mendapat nilai yang tinggi. Pencapaian tersebut membuktikan cita-cita guru dan murid hanya setinggi langit-langit ruang kelas.
Untuk mencapai cita-cita setinggi langit, Bukik menegaskan, tidak bisa diwujudkan dengan latihan soal atau mendapat nilai ujian yang tinggi. Guru seharusnya menyiapkan murid menghadapi tantangan dunia nyata melalui cara-cara yang bermakna.
“PjBL adalah solusi untuk murid mengembangkan dan menunjukkan kompetensinya bahwa mereka bisa merancang dan menjadi solusi atas permasalahan nyata, mengkomunikasikan untuk meyakinkan masyarakat mengenai solusinya,” lanjutnya.
Wujudkan Sekolah Sehat dengan Projek yang Kontekstual
PjBL memungkinkan setiap sekolah seperti apapun profilnya dapat membuat projek bermakna sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Contohnya seperti Eka Nurviana Fatma, guru SD N 1 Butuh Kabupaten Kediri yang turut menjadi narasumber sesi.
Sekolah Eka berada di wilayah desa dan berhasil melaksanakan projek yang membangun kesadaran murid mengenai gaya hidup sehat. Dia bercerita, muridnya sering mengeluh lapar meskipun masih pagi hari. Ternyata mereka tidak sempat sarapan di rumah dan tidak membawa bekal.
Keresahan Eka bertambah ketika mengetahui makanan instan dari kantin sekolah menjadi santapan sehari-hari para murid. Dari masalah tersebut, dia mulai merancang projek yang mendorong murid untuk sadar pentingnya makanan bergizi.
Baca juga: Skor PISA Diumumkan: 3 Cara Tingkatkan Literasi Numerasi
Projek diawali dengan berbagai aktivitas riset lingkungan sekolah dan literatur sehingga murid bisa merumuskan sendiri masalahnya. Sebelumnya, Eka juga mengingatkan untuk selalu mengkomunikasikan proses belajar murid ke orangtua.
“Ini pun perlu dikomunikasikan dengan orangtua untuk mendapat dukungan. Kemarin ternyata informasi dari murid dan orangtua berbeda. Kata muridnya, pagi-pagi lauk belum matang, ternyata dari orangtuanya mengatakan muridnya yang memang tidak mau sarapan dan bawa bekal,” ujar Eka.
Di tengah projek, mulai muncul berbagai ide solusi dari murid, salah satunya menanam sayur yang mudah di sekolah agar bisa menjadi lauk sehat untuk sarapan. Dari satu aktivitas merawat tanaman ini murid belajar banyak, seperti tanggung jawab hingga literasi dan numerasi karena harus menganalisis pertumbuhan tanaman setiap hari.
“Lalu apa sih indikator keberhasilan projek ini? Indikatornya adalah konsistensi dan komitmen untuk hidup sehat berkelanjutan. Kuncinya kita sebagai guru harus sabar karena membangun konsistensi tidak mudah, ada saja tantangannya,” tutup Eka.