November 2023

Cerdas Cermat Guru

Debat Guru se-Nusantara: Pilihan Ganda Dihapuskan Bukan Solusi

Tim SMP Prawira Lembang mendapatkan penghargaan “Panutan Gold” dalam gelaran Cerdas Cermat Guru (CCG) yang diadakan di puncak Temu Pendidik Nusantara X pada Sabtu (21/10) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno. Anggota tim tersebut yakni Figur Ryanto, Ade Putra, Ade Fajar Firdaus, dan Ghea Rizki. CCG merupakan asesmen formatif untuk guru dan calon guru berdasarkan Permendikbud 2626 tahun 2023 mengenai model kompetensi guru. Pada babak semifinal dan final, CCG diadakan dengan format debat. “CCG keren banget. Kita belajar untuk memahami kompetensi diri sebagai guru tapi dengan cara yang fun, seperti games, yang membuat kita semangat, full of energy, sepanjang mengikuti tahapannya,” kata Ade Fajar. Mosi debat pada babak final mengenai penghapusan pilihan ganda dari segala bentuk asesmen murid. Tim SMP Prawira Lembang menjadi tim kontra. Ade Farjar dan timnya berargumen bahwa penghapusan asesmen tertentu berarti membatasi opsi asesmen. “Tinggal bagaimana kita merancang soal, apakah hanya agar murid hanya bisa menghafal atau memahami konsepnya. Jika kita membatasi pilihan bentuk jenis asesmen, maka kita jadi tidak menemukan bentuk asesmen yang paling sesuai dengan konteks yang dihadapi,” kata Ade Fajar saat berdebat. SMP Prawira: Pernah Kekurangan Murid SMP Prawira Lembang pernah mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun. Hal tersebut salah satunya karena kurangnya kesadaran orang tua murid akan pendidikan. Ada juga murid yang berhenti sekolah karena ingin menikah muda. “Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orang tua merasa tidak membutuhkan sekolah. Pendaftar sedikit. Yang sudah jadi murid banyak yang sering bolos. Di tengah jalan banyak murid mengundurkan diri dan orang tua meminta mereka menikah muda,” cerita Ade “Ditambah perjalanan dari rumah ke sekolah cukup menantang. Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak, melewati hutan bambu. Perjalanan hampir satu jam,” lanjutnya menjelaskan mengenai sekolah yang terletak di Lembang itu. Tingkat turnover guru di SMP Prawira Lembang saat itu juga sangat tinggi. Banyak guru yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Sehingga pembelajaran seringkali hanya dengan pemberian tugas. Di tengah kesulitan itu, SMP Prawira Lembang mendapatkan dukungan berupa pendampingan dari Kampus Pemimpin Merdeka. Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian dibantu agar bisa efektif dan efisien. Guru mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik. Untuk permasalahan eksternal, SMP Prawira didampingi oleh yayasan dan KPM mengadakan sesi-sesi parenting. Sesi tersebut mendorong kesadaran orangtua murid mengenai pentingnya belajar dan sekolah. “Perkembangan SMP Prawira Lembang mulai terlihat saat angka murid yang mendaftar masuk meningkat. Guru-gurunya pun mulai menerapkan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna, orang tua mulai terlibat dalam pembelajaran anaknya” kata Ade Fajar. “Saya bersyukur, SMP Prawira bisa sampai di titik ini. SMP di kabupaten juga bisa menjadi panutan se-nusantara. Terima kasih TPN X, sangat luar biasa. Menjadi momentum pembelajaran yang sangat bermakna” pungkasnya. Cerdas Cermat Guru (CCG): Asesmen untuk Guru Tahu Level Kompetensinya CCG merupakan asemen untuk guru agar mengetahui level kompetensinya sesuai dengan Permendikbud 2626 tahun 2023. Asesmen ini mengukur kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Tiap peserta akan mendapat piagam yang berisi informasi level pada tiap kompetensi. Piagam tersebut lengkap dengan umpan balik, rekomendasi pelatihan apa saja yang peserta butuhkan. Hal ini mendorong guru untuk mengambil pelatihan yang sesuai kebutuhannya. (YMH)

Debat Guru se-Nusantara: Pilihan Ganda Dihapuskan Bukan Solusi Read More »

Perdirjen GTK No. 2626 Tahun 2023 Model Kompetensi Guru

Debat Guru Pertama di Indonesia Digelar di Gelora Bung Karno

Cerita Guru Belajar menggelar puncak Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) di Basketball Hall, Gelora Bung Karno, pada Sabtu (21/10). Sebelumnya, rangkaian TPN X telah dimulai sejak akhir Mei lalu, kemudian digelar di 50 daerah pada Agustus-September, dan daring untuk 100 lebih daerah di awal Oktober. TPN X merupakan forum tahunan kesepuluh yang memfasilitasi unjuk karya penggerak perubahan pendidikan melalui tantangan praktik baik, pameran karya, dan apresiasi. Tantangan praktik baik tahun ini dilakukan melalui Cerdas Cermat Guru (CCG). “CCG bukan kompetisi, melainkan asesmen kompetensi guru, asesmen formatif, asesmen yang menekankan umpan balik. Kemarin ada 1015 tim yang ikut di level daerah,” kata Nur Kholis Makki, ketua Cerita Guru Belajar. “Harapannya ini mendorong semangat guru untuk terus meningkatkan kompetensinya karena ada kok cara belajar yang seru,” lanjutnya. Baca juga: Kepsek Asal HST Senang Dapat Solusi Pendidikan di TPN X Di level daerah, setiap tim yang terdiri dari 4-6 guru atau calon guru mengerjakan soal dengan format situational judgment test. Soal dibuat berdasarkan Perdirjen GTK Kemendikbudristek 2626  tahun 2023 tentang model kompetensi guru. Selanjutnya, CCG level nusantara dilaksanakan di puncak TPN X diikuti oleh 81 tim yang telah lolos dari level daerah. Mulai babak semifinal, CCG diadakan dengan format debat. “CCG tidak mencari pemenang, tapi mencari ide baru, segar, dan beragam sebagai solusi pendidikan,” kata Makki. Setiap tim mendapatkan piagam sesuai dengan tingkat kompetensinya. Selain itu ada umpan balik agar peserta tahu di mana kompetensi yang belum dan sudah mereka kuasai. Untuk kompetensi yang kurang mereka kuasai, mereka akan mendapat rekomendasi pelatihan yang sesuai. Peserta CCG Asal Sinjai: Tidak Seperti Kompetensi karena Mendorong Diskusi Nurhayati, guru SMA Negeri 3 Sinjai yang jadi peserta CCG,  mengungkapkan rasa syukurnya mengikuti kegiatan tersebut. “Ketika mengikuti CCG, saya justru bersyukur ketika menemukan kesalahan. Jadi saya masih punya ruang untuk belajar, ternyata titik lemah saya di bagian ini atau bagian itu. Dan yang seru saat berdebat dengan anggota satu tim untuk menentukan jawaban mana yang benar karena di situ kami jadi berdiskusi,” katanya. Baca juga: Rusma Yul Anwar: Bupati yang Dulunya Seorang Guru Nurhayati berharap akan ada CCG lagi di Temu Pendidik Nusantara tahun depan. Pasalnya, belajar di CCG rasanya berbeda dan menyenangkan. Soal CCG sesuai dengan masalah sehari-hari yang dia hadapi di sekolah. “Saya belum pernah ikut event guru seseru CCG. Di awal, saya pikir ini kompetisi tapi ternyata sesi belajar dan berefleksi, jadi tahu mana hal-hal yang kurang tepat yang kami lakukan sebagai guru,” tutup Nurhayati. Selain CCG, di puncak TPN X ada dua talkshow, pameran karya murid yang bisa jadi inspirasi projek profil, penampilan musik oleh Chiki Fawzi, penampilan seni dari murid, dan awarding untuk pendidik yang telah berhasil menerapkan prinsip merdeka belajar di ekosistemnya. Total ada 2500 pendidik dari berbagai daerah yang hadir di puncak TPN X. (YMH)

Debat Guru Pertama di Indonesia Digelar di Gelora Bung Karno Read More »

tips mempersiapkan karier murid

Framework untuk Memudahkan Pendidik Mengembangkan Karier Murid

Tak jarang ditemui murid lulus sekolah masih dalam keadaan belum siap untuk terjun aktif ke dalam masyarakat sebagai seorang tenaga kerja.  “Para orang tua juga khawatir anak mereka tidak memiliki bekal cukup untuk berhasil melewati transisi tersebut,” papar Biannon McLoughlin, Director of Community and Internal Communication Teach For Australia dalam kelas internasional Pekan Temu Pendidik Nusantara X beberapa waktu yang lalu. Briannon menyebutkan bahwa ada murid yang harus tumbuh di lingkungan dan kondisi tertentu, misalnya sosial ekonomi yang rendah. Hal demikian menjadikan murid kesulitan memperoleh akses untuk informasi, opportunity, atau pun role-models yang mampu memberikan mereka gambaran bervariasinya karier yang ada. Kurangnya akses tersebut juga berarti aspirasi para murid terlimitasi. “Seperti pepatah, you can only be what you can see. Sehingga di sini dibutuhkan peran pendidik untuk mendukung pengembangan karier murid,” ucap Briannon. Membahasakan Pengembangan Karier dengan Realistik Sebagai langkah awal, perlu memastikan pendidik dan murid memiliki pandangan yang sama dalam mendefinisikan pengembangan karier.  Biasanya murid masih memiliki pemikiran yang sangat sederhana, misalnya ketika mendapatkan pekerjaan pertama, maka secara otomatis mereka mampu terus menapaki puncak karier dengan stabil. “Bisa jadi tidak semua akan berjalan lancar. Ups and downs, left and right. Misal kamu telah mengupayakan yang terbaik, tapi kamu merasa seperti seorang impostor dan insecure, harus berganti pekerjaan. Mungkin juga kamu akan berhasil mendapat promosi jabatan. Pada praktiknya, banyak kemungkinan yang bisa terjadi,” Briannon menjabarkan. Kenyataan tersebut tentunya bisa menjadi sangat intimidatif bagi para murid. “Agar memudahkan pendidik untuk menjelaskannya secara realistik tapi mudah dipahami murid, kami memiliki Four-L,” ucap Briannon Pertama Briannon menjelaskan tentang menapaki ladder, yakni ketika murid memiliki kesempatan untuk move up dalam pekerjaannya, contohnya melalui promosi jabatan. Namun, tidak semua pekerjaan memiliki pengembangan karier secara struktural ke atas terus menerus. Seperti lattice, perjalanan karier dapat melalui criss-cross path, ada kalanya untuk bergerak secara diagonal, misal berganti pekerjaan dan menambah keterampilan. “Ada leadership, tidak segalanya membuahkan hasil dengan naik jabatan secara formal. Dipercaya memimpin suatu projek, menjadi organizer, dan menambah tanggung jawab, juga merupakan suatu pengembangan,” jelas Briannon.  Generasi-generasi sebelumnya cenderung menetap bekerja di tempat yang sama seumur hidup. “Generasi muda saat ini lebih menyukai variasi karier. Launchpad, one job leads to the next job,” ucap Briannon. “Enterprise Skill” Framework Setelah mendefinisikan dan menjelaskannya dengan tepat, pendidik membutuhkan framework di kelas untuk membantu murid menavigasikan karier mereka nantinya. “Dulu di Australia kita mengenal work-experience, kunjungan ke beberapa korporasi atau organisasi untuk murid bisa melihat lingkungan kerja di sana. Lalu ada talent-test, untuk mengetahui kelebihan murid sehingga mengetahui jalur karier mana yang paling cocok untuk mereka,” Briannon bercerita. Namun, hal tersebut kurang efektif karena setelah mempelajarinya sekali, murid akan cenderung melupakannya setelahnya. Oleh karena itu, dibutuhkan framework yang bisa pendidik gunakan secara terus menerus. “Repetition is critical,” Briannon mengingatkan. Briannon menjelaskan apa pun karier yang nantinya dipilih murid, penting untuk mereka memiliki dan menguasai enterprise skill. Yang dimaksudkan seperti self-management, inovasi, global citizenship, komunikasi, emotional judgement, kerjasama tim, critical thinking, digital literacy, problem solving, dan professional  ethics. “Framework yang berisikan keterampilan-keterampilan itu bisa dipasang di kelas dan pendidik bisa terus mengaitkannya di tiap pembelajaran. Sebagai self-reflection, dengan begitu murid mampu memikirkan keterampilan mana yang mereka miliki dan ingin kembangkan,” ucap Briannon. Keterampilan ini nantinya mampu menjadikan murid sebagai valuable employee, meskipun nantinya mereka harus mengalami pergantian pekerjaan. “Career Identities” Framework Selanjutnya Brainnon menjelaskan, ketika di kelas daripada meminta murid memilih satu pekerjaan spesifik, lebih baik memfasilitasi murid agar memiliki gambaran dan pertimbangan yang lebih luas.  “Kami memiliki career identities framework, yang berisikan performer, penggerak, desainer, teknologi, seniman, atlet, informer, koordinator, carer, maker, hill climber,” jelas Briannon. Di era sekarang, perubahan terjadi begitu cepat, termasuk pada bidang-bidang pekerjaan. Dengan pengkategorian melalui career identities framework, murid dapat mengidentifikasi dan mengembangkan keterampilan mereka dengan relevan tanpa ada limitasi waktu. “Ketika pendidik dapat memilih dan menggunakan framework yang tepat untuk murid mereka, hal itu dapat menjadi anugerah dan bekal bagi karier masa depan sang murid,” tutup Briannon. Penulis: Dasa Feby

Framework untuk Memudahkan Pendidik Mengembangkan Karier Murid Read More »

strategi peran pengawas

Lima Strategi Meningkatkan Kualitas Pengawas Sekolah

Cerita Guru Belajar menggelar talkshow “5 Strategi Transformasi Peran Pengawas Sekolah” yang merupakan rangkaian event Pekan Temu Pendidik Nusantara X. Talkshow yang diadakan secara daring ini berlangsung pada Minggu (8/10). Talkshow ini menghadirkan narasumber praktisi pendidikan, Bukik Setiawan, Ketua Yayasan Guru Belajar,  dan dipandu oleh Wahyu Ekawati, pengawas Dinas Kabupaten Jember sekaligus Ketua Pengawas Belajar Nusantara. Baca juga: Iwan Syahril: 3 Hal yang Harus Dimiliki Guru Abad ke-21 Pada kesempatan itu, Bukik mengatakan terdapat 5 strategi prinsip dan 3 cara teknis untuk meningkatkan kualitas pengawas. Regulasi terkait peran pengawas telah diperbarui melalui Perdirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbudristek No. 4381 tahun 2021. Lima Strategi Transformasi Pengawas “Lima strategi prinsipnya yaitu memanusiakan hubungan, memahami konsep, membangun keberlanjutan, memilih tantangan, dan memberdayakan konteks. Karena ini sifatnya prinsip maka perlu dilakukan sepanjang tahun,” kata Bukik. Pertama, memanusiakan hubungan, maksudnya membangun relasi dan percakapan hubungan tidak atas nama jabatan. Pasalnya, percakapan dengan label jabatan akan membuat relasinya sangat terasa formal dan kaku. “Ketika membangun relasi yang memanusiakan hubungan berarti memperhatikan karakteristik orang yang Bapak/Ibu ajak bicara,” terang Bukik. Kedua, memahami konsep esensial dari transformasi pembelajaran bukan hanya aspek kelengkapan administrasi. Ketiga, membangun keberlanjutan dengan mengakui praktik baik yang sudah berhasil dan melakukan perbaikan kedepannya berdasarkan umpan balik dari berbagai pihak. Baca juga: Framework untuk Memudahkan Pendidik Mengembangkan Karier Murid Selanjutnya, memilih tantangan, artinya berani mengarah pada sasaran yang tinggi tapi tetap realistis. Pengawas secara merdeka bisa menentukan targetnya sendiri yang sesuai dengan dirinya.  “Mungkin ada beberapa hal dari transformasi yang dikompromikan terlebih dahulu. Ngga papa. Tapi tentu harus ada hal-hal baru, perubahan yang dilakukan,” Terakhir, memberdayakan konteks, yaitu bagaimana pengawas harus memperlakukan warga sekola sebagai rekan seperjuangan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang berpihak pada anak. Tiga Cara Meningkatkan Kualitas Diri Sebagai Pengawas Apabila strategi lebih pada konsep, “cara” merupakan teknisnya. Cara bisa langsung pegawas terapkan. Pertama, mengukur kompetensi diri sendiri. Kedua, mulai mengenalkan dan memperkenalkan diri lebih memanusiakan saat berkunjung ke sekolah binaan. “Saat berkunjung bisa bertanya tempat tinggal, kesukaan, hobi, dan lainnya. Sederhana tapi memanusiakan,” jelas Bukik. Ketiga, melakukan simulasi pendampingan dengan satu hingga dua teman belajar. Bukik menegaskan, simulasi merupakan cara yang powerfull tapi jarang pengawas lakukan.

Lima Strategi Meningkatkan Kualitas Pengawas Sekolah Read More »

tambahan uang untuk guru

Guru, Yuk Mengembangan Karier Protean dengan Menulis

Cerita Guru Belajar (CGB) mendukung guru mengembangkan karier protean. Misalnya menjadi guru pelatih, guru konten kreator, dan guru penulis. Sebagai bentuk dukungan itu, CGB menggelar kelas karier pada rangkaian Pekan Temu Pendidik Nusantara X. Tanggal 10 Oktober lalu, terdapat 6 kelas karier dengan total 27 pembicara. Salah satunya kelas karier untuk menjadi guru penulis dengan lima narasumber nasional sebagai berikut: Jamilah Istiqomah (SDN 2 Tuko Kab. Grobogan) 2.  Muhammad Rukhan Asrori (SMP Islam Terpadu Darul Fikri Kab. Sidoarjo) 3.  Anita Taurisia Putri (BPP KGBN Sulawesi Selatan) 4.  Suhud Rois (SD Peradaban Insan Mulia) 5.  Nurjanah Laila (SDN Kalibata 04 Pagi) Jamilah menjelaskan, menulis merupakan salah satu bentuk amal jariyah. Pasalnya, pahala dari tulisan akan terus mengalir meskipun si penulis telah tiada. “Sebagai seorang guru dan penulis, saya yakin bahwa keduanya memiliki tujuan yang serupa, yaitu menyebarkan ilmu. Apabila ilmu yang disampaikan diterima dengan baik, memberikan manfaat, dan bahkan diaplikasikan oleh orang lain, maka pahala yang akan diperoleh akan semakin bertambah,” kata Jamilah. Di era digital, tulisan dapat tersebar luas ke banyak orang. Hal tersebut yang semakin membuatnya semangat untuk terus meningkatkan kompetensi menulis. Dia berharap, tulisannya bisa memberikan pengaruh positif bagi pembacanya. “Yang membuat saya konsisten adalah, keinginan untuk beramal, berbagi ilmu dan manfaat. Selain itu ada kemudahan berbagi di era digital ini,” ungkap Jamilah. Guru Rukhan: Pengalaman Mengajar di Malaysia Sedangkan Rukhan, mengawali perjalannya sebagai penulis kontributor berita demi muridnya. Tahun 2019 ketika menjadi guru di sekolah swasta di Surabaya, dia menulis berita prestasi murid yang diajarnya. Tulisan tersebut lalu dikirimkan ke klikmu.co dan pwmu.co. “Saya ingin kegiatan sekolah dan prestasi murid saya viral. Agar bisa jadi inspirasi bagi murid atau sekolah lainnya,” jelas guru yang menjuarai lomba menulis cerita praktik baik Guru Binar dan PMM tahun 2023 ini. Sebelumnya, dia pernah menulis buku mengenai perjuangan anak buruh migran Indonesia yang lahir di Malaysia. Buku tersebut dia tulis setelah lima tahun mengabdi di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Sabah, Malaysia. Rukhan mengajak para pendidik untuk juga aktif berbagi melalui tulisan. Dengan demikian, pendidik bisa bermanfaat bagi pendidik lainnya di seluruh Indonesia. “Saya harus banyak bersyukur terkait apa yang diberikan oleh Allah SWT dan ini bisa menjadi hal yang bermanfaat bagi seluruh pendidik di Indonesia,” ungkapnya. “Setelah menulis, sebarkan. Cari jaringan melalui media sosial dan grup WhatsApp agar berita yang kita tulis bisa viral dan populer,” tutup Rukhan. Tertarik mengembangkan karier protean? Simak siaran ulang kelas karier pekan Temu Pendidik Nusantara. 1. Guru Pelatih 2. Guru Penulis 3. Guru Kreator Media Inovatif 4. Guru Konten Kreator 5. Guru Berwirausaha Penulis: Muhammad Rukhan Asrori Editor: Yosinta Maharani Here

Guru, Yuk Mengembangan Karier Protean dengan Menulis Read More »