Guru juga Butuh Umpan Balik, Cerdas Cermat Guru jadi Solusi

Salah satu tim peserta Cerdas Cermat Guru di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Guru Belajar Foundation kembali menggelar Cerdas Cermat Guru (CCG), asesmen formatif untuk pendidik agar mengetahui level kompetensinya. CCG merupakan rangkaian belajar Temu Pendidik Nusantara XI (TPN XI) yang terbagi menjadi dua level, yakni level daerah dan level nusantara.

Maman Basyaiban, ketua penyelenggara TPN XI menuturkan, kurangnya keberagaman upaya peningkatan kompetensi guru menjadi penyebab diluncurkannya program ini.

Pertama, kompetensi guru tidak menjadi bahan perbincangan keseharian guru. Kedua, banyak program pengembangan kompetensi guru tapi minim yang membantu guru mengetahui level kompetensinya atau minim umpan balik.

Ketiga, program untuk mengetahui level kompetensi biasanya high stakes seperti uji kompetensi kenaikan jabatan, yang hasilnya sangat mempengaruhi masa depan karier guru.

Baca juga: Temu Pendidik Nusantara Dapat Pengakuan Internasional

“Mengapa umpan balik perlu lebih banyak? Ibarat orang yang belajar memasak, sudah membaca banyak buku resep, menonton banyak tutorial masak, sudah mencoba memasak juga, tetap butuh makanannya dicicipi dan mendapat masukan dari orang lain. Dari situ jadi bisa mengukur diri apa yang perlu ditingkatkan dari masakannya. Sama halnya dengan guru yang mengajar, butuh umpan balik.”

Umpan balik yang diberikan berupa piagam level kompetensi dan rekomendasi pelatihan yang sesuai dengan hasil CCG masing-masing.

Selain luring di 34 daerah pada bulan Juni-Juli, level daerah akan berlangsung secara daring untuk memfasilitasi pendidik yang lebih banyak pada bulan Agustus. Pendidik akan mendapat soal tantangan konseptual dan praktik yang dirancang sesuai Perdirjen nomor 2626 tahun 2023 mengenai Model Kompetensi Guru.

Tim yang lolos pada level daerah akan lanjut ke level nusantara pada bulan November di puncak TPN XI. Pendidik akan menghadapi tantangan kontekstual dengan format debat.

“CCG merupakan ruang belajar untuk guru agar tahu level kompetensinya dengan cara yang seru. Itu juga kenapa CCG pesertanya tim bukan individu, agar guru terbiasa berdiskusi tentang kompetensi yang perlu mereka kuasai untuk menyelesaikan tantangan mengajar,” jelas Maman.

Ikut CCG Jadi Tahu Mana yang Perlu Dipelajari Lebih Lanjut

Nurhayati, guru SMA Negeri 3 Sinjai yang jadi peserta CCG tahun lalu,  mengungkapkan rasa syukurnya mengikuti kegiatan tersebut. “Ketika mengikuti CCG, saya justru bersyukur ketika menemukan kesalahan. Jadi saya masih punya ruang untuk belajar, ternyata titik lemah saya di bagian ini atau bagian itu. Dan yang seru saat berdebat dengan anggota satu tim untuk menentukan jawaban mana yang benar karena di situ kami jadi berdiskusi,” katanya.

Dirinya siap untuk ikut lagi di CCG tahun ini, bahkan hal ini sudah dia nanti sejak selesai ikut CCG tahun lalu. Menurutnya, belajar di CCG rasanya berbeda dan menyenangkan. Soal yang diberikan dan kemudian didiskusikan sesuai dengan masalah sehari-hari yang dia hadapi di sekolah.

“Saya belum pernah ikut event guru seseru CCG. Di awal, saya pikir ini kompetisi tapi ternyata sesi belajar dan berefleksi, jadi tahu mana hal-hal yang kurang tepat yang kami lakukan sebagai guru,” tutup Nurhayati. (YOSI)